Update Akuisisi Bank Mayora, Saham BBNI Menguat 0,51 Persen
Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) ditutup menguat 0,53 persen di level Rp9.550 pada sesi I perdagangan hari ini, Selasa (26/4/2022).
IDXChannel - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) ditutup menguat 0,53 persen di level Rp9.550 pada sesi I perdagangan hari ini, Selasa (26/4/2022).
Harga saham BBNI sedang berada pada jalur uptrend. Secara year to date (ytd) harga saham BBNI telah naik 42,01 persen dan menjadi satu-satunya saham bank kakap dengan kenaikan lebih dari 30 persen.
Secara psikologis memang BBNI sedang mencoba untuk menembus harga psikologis Rp10.000. Terakhir, harga saham BBNI menembus level Rp10.250 pada 2018 silam yang sekaligus menjadi level tertinggi sepanjang sejarah BBNI.
Ada beberapa katalis positif yang turut mengerek naik harga saham BBNI di sepanjang tahun ini. Salah satunya, prospek perseroan yang bakal menggarap bank digital lewat strategi anorganik, dengan mengakuisisi PT Bank Mayora.
Adapun Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam Public Expose secara virtual, Selasa (26/4/2022), mengatakan akuisisi Bank Mayora sudah selesai. Saat ini BNI tengah membuat dan menyusun persiapan untuk pengembangan dari bisnis Bank Mayora yang didalamnya sudah terlibat tech partner, yakni Sea Ltd atau pemilik Shopee.
Katalis positif lainnya adalah dari sisi inflow, data perdagangan mencatat investor asing membukukan net buy saham BBNI senilai Rp 5,1 triliun. Saham BBNI menjadi saham big cap yang paling diborong asing ketiga setelah BBRI dan TLKM.
Adanya inflow dana asing apalagi besar tentu dapat mengerek naik harga suatu saham termasuk saham blue chip sekelas BBNI.
Katalis positif selanjutnya terkait dengan kinerja fundamentalnya. Seperti yang sudah diketahui bersama BBNI berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 3x di tahun 2021.
BNI berhasil membukukan laba pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp3,96 triliun, tumbuh 63,2 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Pencapaian laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun. (RAMA)