MARKET NEWS

Usai Melantai, Hillcon (HILL) Incar Laba hingga Rp800 Miliar di 2023

Cahya Puteri Abdi Rabbi 01/03/2023 11:57 WIB

Perseroan pun optimistis hal itu akan tercapai karena industri pertambangan nikel masih memiliki prospek yang cerah jika dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Usai Melantai, Hillcon (HILL) Incar Laba hingga Rp800 Miliar di 2023 (FOTO:Dok Ist)

IDXChannel - PT Hillcon Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Rabu (1/3/2023). Usai mencatatkan sahamnya di BEI, perseroan menargetkan laba bersih sebesar Rp700 hingga Rp800 miliar tahun ini.

Adapun, untuk pendapatan perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp6 triliun. Melansir laporan keuangan, laba bersih perseroan hingga September tahun 2022 lalu tercatat sebesar Rp205,11 miliar, sementara pendapatan HILL tercatat sebesar Rp2,17 triliun.

“Strategi untuk mencapai target tersebut tentu saja dari kontrak yang sedang berjalan dan juga ada pipeline kontrak baru, serta pembangunan infrastruktur yang sedang kami bangun,” kata Direktur Keuangan HILL, Jaya Angdika saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/3/2023).

Jaya menyebut, saat ini terdapat tiga kontrak baru yang berada dalam pipeline perseroan. Melalui tiga kontrak tersebut, perseroan juga menargetkan peningkatan produksi nikel menjadi 15 juta wet metric ton (wmt) hingga akhir tahun ini, naik dari realisasi  produksi akhir tahun lalu yang sebesar 9 juta wmt.

Jaya mengatakan bahwa, pendapatan perseroan tahun ini masih akan didominasi oleh segmen pertambangan batu bara dengan kontribusi sebesar 55%. Hal itu dikarenakan nilai kontrak batu bara masih cukup besar.

Meski demikian, perseroan terus berupaya untuk meningkatkan produksi nikel ke depannya, sehingga pendapatan akan didominasi oleh segmen pertambangan nikel. Perseroan pun optimistis hal itu akan tercapai karena industri pertambangan nikel masih memiliki prospek yang cerah jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Menurut Jaya, komoditas nikel tidak terdampak signifikan oleh adanya volatilitas harga komoditas.

“Selain itu, nikel sangat unik karena kita gak ekspor, jualnya ke smelter, smelternya juga tetangga. Jadi biaya produksinya sangat rendah, makanya permintaan nikel ore akan tetap tinggi,” ujar Jaya.

Sebagai informasi, saat ini perseroan tengah menggarap delapan proyek pertambangan antara lain, Site Sebuku Tanjung Coal (STC) di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kemudian, Bendungan Lolak, di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dan Weda Bay Nickel di Halmahera, Maluku Utara. 

(SAN)

SHARE