Volatilitas Rupiah Lebih Rendah Dibanding Mata Uang Korea-Rusia
Volatilitas rupiah lebih rendah dibanding negara lain seperti Korea Selatan dan Rusia.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menegaskan selalu menjaga volatilitas nilai tukar rupiah tetap managable. Bahkan volatilitas rupiah lebih rendah dibanding negara lain seperti Korea Selatan dan Rusia.
"BI menjaga volatilty nilai tukar tetap managable, artinya kalau nilai tukar levelnya harus menguat, tapi kalau menguat terlalu cepat tidak baik. Kalau melemah terlalu cepat juga tidak biak," kata Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Ramdan Denny Prakoso di Raja Ampat, Papua Barat akhir pekan lalu.
"Jadi kita melihat kepentingan eksportir dan importir dan psikologis dari pelaku pasar," imbuhnya.
BI, dia menambahkan, juga ingin menghindari pelemahan yang terlalu cepat karena bisa memberikan kepanikan di pasar. Karena itu, menurutnya, penting mengelola volatilitas nilai tukar rupiah.
Adapun ketidakpastian di pasar keuangan masih tetap tinggi, yang dipengaruhi oleh dinamika di Amerika, Eropa, dan China. Hal ini ditambah faktor geoplotik yang mengakibat kondisi global menjadi tidak pasti.
Namun nilai tukar rupiah sepanjang 2023 relatif lebih resilien dibanding emerging market peers, disertai dengan volatilitas yang terjaga.
Adapun volatilitas rupiah per 8 November 2023 (year to date/YtD) tercatat sebesar 8,59 persen. Ini lebih baik dibanding dengan sejumlah negara lain.
"Kita memag tidak sebaik Filipina yang 7,65 persen, India 4,42 persen tapi dibanding negara lain, (Indonesia) better-lah," ucapnya.
Volatilitas mata uang Rusai, rubel mencapai 27,22; Afrika Selatan, Rand Afrika Selatan 21,13 persen; Malaysia, ringgit sebesar 9,77 persen; Korea Selatan, Won 13,52 persen. Bahkan mata uang Meksiko, peso sebagai salah satu yang menguat cukup tinggi tapi volatilitasnya dua kali mata uang Indonesia, yakni mencapai 16,4 persen.
Meski lebih rendah dibanding beberapa negara, namun BI akan terus berupaya menurunkan volatilitas rupiah karena semakin tidak tinggi akan semakin baik.
Ini juga alasan BI melakukan inovasi, terutama dengan menerbitkan sejumlah instrumen baru seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan menyusul bulan ini Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Itu dilakukan dalam rangka memperdalam pasar keuangan Indonesia, menarik inflow, yang pada akhirnya mendukung nilai tukar rupiah dan perekonomian Indonesia.
(RNA)