Wall Street Anjlok Gara-Gara Dimulainya Tarif Trump
Indeks utama Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan Senin (3/3/2025) waktu setempat usai diumumkannya tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko.
IDXChannel - Indeks utama Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan Senin (3/3/2025) waktu setempat usai Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan dimulainya tarif 25 persen untuk Kanada dan Meksiko.
Dow Jones Industrial Average (.DJI) jatuh 1,48 persen menjadi 43.191,24, S&P 500 (.SPX) anjlok 1,76 persen ke 5.849,72, dan Nasdaq Composite (.IXIC) amblas 2,64 persen ke 18.350,19.
S&P 500 turun hampir 5 persen di bawah rekor tertinggi pada 19 Februari 2025 karena Trump mengatakan, Meksiko dan Kanada tidak akan mampu menegosiasikan penangguhan tarif yang mulai berlaku Selasa ini (4/3/2025).
Gedung Putih mengatakan, Trump juga menandatangani perintah penggandaan tarif pada China menjadi 20 persen.
Kebijakan tarif Trump ini membebani Wall Street, dan memicu kenaikan obligasi. Indeks saham Magnificent Seven terjungkal 3,1 persen dan Indeks Russell 2000 terpangkas 2,8 persen.
Di sisi lain, data terbaru yang dirilis Senin datang dari serangkaian laporan ekonomi mengecewakan yang menunjukkan perumahan lebih lemah, meningkatnya klaim pengangguran, dan penurunan pengeluaran pribadi.
"Pasar telah mengungkapkan kekhawatiran yang berkembang tentang potensi perlambatan di AS," kata Florian Ielpo di Lombard Odier Investment Managers, mengutip Bloomberg, Selasa (4/3/2025) waktu Jakarta.
"Pesan kehati-hatian perlu didengar, dan tergantung pada (data) penggajian hari Jumat. Momentum makro yang memburuk ini dapat membatasi perkembangan pasar," ujar Scott Rubner dari Goldman Sachs.
Menurut Ahli Strategi Morgan Stanley, Michael Wilson mengatakan, pasar saham kemungkinan akan lebih sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi daripada penurunan imbal hasil obligasi.
Sedangkan Ahli Strategi Citigroup yang dipimpin oleh Scott Chronert menilai, estimasi pendapatan AS tidak sepenuhnya mencerminkan potensi risiko dari tarif yang diusulkan Presiden Trump.
(Fiki Ariyanti)