Wall Street Bergerak Volatil di Tengah Data Inflasi dan Perang Dagang
Indeks S&P 500 dan Nasdaq berakhir menguat setelah bergerak volatil sepanjang perdagangan.
IDXChannel - Indeks saham AS ditutup bervariasi pada Rabu (12/3/2025) dengan S&P 500 dan Nasdaq berakhir menguat setelah bergerak volatil sepanjang perdagangan. Data inflasi AS yang di bawah ekspektasi dan perang dagang yang dilancarkan Donald Trump menciptakan ketidakstabilan pergerakan harga saham.
S&P 500 ditutup naik 0,5 persen, tergelincir setelah mencatat kenaikan 1,3 persen di awal perdagangan. Volatilitas pergerakan harga ini terjadi sehari setelah indeks sempat turun lebih dari 10 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa yang diraih pada bulan lalu.
Sementara Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang sempat naik 287 poin harus berakhir turun 82 poin atau 0,2 persen. Adapun Nasdaq berhasil menguat 1,2 persen.
Chief of Investment Research Nationwide, Mark Hackett menilai, pelaku pasar mencoba menangkap peluang volatilitas saham dalam minggu terakhir, namun yang terjadi mereka seperti menangkap "pisau jatuh".
"Namun, kondisi jenuh jual yang ekstrem dan pesimisme yang meluas bisa menjadi tanda bahwa reli pemulihan mungkin saja terjadi,” katanya dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/3/2025).
Indeks Harga Konsumen yang yang menunjukkan data kenaikan harga secara keseluruhan untuk konsumen AS pada Februari 2025 mencapai 2,8 persen year-on-year (yoy), lebih kecil dari ekspektasi.
Data ini mendorong saham-saham AI melonjak setelah emiten seperti Nvidia tertekan cukup dalam. Pelaku pasar mulai berpikir soal valuasi perusahaan-perusahaan tersebut setelah menyentuh rekor tertinggi beberapa kali.
Sementara Analis dari TD Securites, Oscar Munoz dan Gennadiy Goldberg menilai, meski data inflasi memberi kabar baik bagi pasar, ketidakpastian akan tren inflasi masih besar mengingat perang dagang dikhawatirkan mendorong lonjakan pada harga-harga barang.
Pertanyaan besar yang masih menggelayuti Wall Street adalah seberapa besar dampak buruk yang harus ditanggung ekonomi akibat kebijakan tarif Trump. Serangkaian pengumuman tarif yang terus-menerus dan membingungkan mulai mengikis kepercayaan konsumen dan pelaku bisnis di AS karena meningkatnya ketidakpastian.
Akibatnya, rumah tangga dan perusahaan mungkin akan menahan pengeluaran mereka, yang pada akhirnya bisa merugikan perekonomian.
(Rahmat Fiansyah)