Wall Street Dibuka Bervariasi, Ancaman Tarif Trump ke UE dan Meksiko Bayangi Pasar
Pembukaan pekan ini juga diwarnai dengan jadwal padat data ekonomi dan dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua 2025.
IDXChannel - Wall Street dibuka bervariasi pada perdagangan Senin (14/7/2025) waktu setempat. Investor mencerna ancaman tarif terbaru yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump terhadap Uni Eropa (UE) dan Meksiko.
Pembukaan pekan ini juga diwarnai dengan jadwal padat data ekonomi dan dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua 2025.
Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 126,24 poin atau 0,28 persen menjadi 44.245,27, indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 6,11 poin atau 0,10 persen menjadi 6.253,64. Sementara itu, Nasdaq Composite (IXIC) menguat 27,83 poin atau 0,14 persen menjadi 20.613,36.
Pada akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump kembali merilis surat-surat yang menguraikan kebijakan tarifnya terhadap mitra dagang utama AS. Kali ini, dia mengumumkan pengenaan bea masuk 30 persen untuk barang-barang dari Meksiko dan Uni Eropa.
Ancaman tarif ini menyusul kebijakan tarif yang telah diberlakukan Trump pada minggu sebelumnya terhadap Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Brasil, serta bea masuk 50 persen untuk semua impor tembaga.
Tarif baru Trump ini akan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus, memberikan waktu kurang dari tiga minggu bagi negara-negara yang ditargetkan untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Washington. Sebelumnya, Trump telah menunda tenggat waktu dari 9 Juli.
Berbicara kepada wartawan pada Minggu, Trump menyatakan bahwa pembicaraan dengan Korea Selatan dan UE masih berlangsung, di mana kedua negara tersebut berupaya mencari kesepakatan untuk menghindari tarif yang diberlakukan.
Data terbaru menunjukkan bahwa penerimaan bea cukai AS melonjak hingga mencapai rekor tertinggi UD113,3 miliar secara bruto dalam sembilan bulan pertama tahun fiskal 2025 (tahun fiskal pemerintah berakhir pada 30 September).
Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan angka ini bisa mencapai USD300 miliar pada Desember, menandai sumber pendapatan fiskal utama bagi pemerintah.
Fokus investor pekan ini, di luar kebijakan perdagangan Trump yang bergejolak, akan tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS untuk Juni yang akan dirilis pada Selasa, serta dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.
Indeks harga konsumen AS Juni diperkirakan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3 persen, meningkat dari kenaikan 0,1 persen pada bulan sebelumnya. Sementara itu, angka tahunan diperkirakan naik menjadi 2,6 persen, dari 2,4 persen pada Mei.
Pembacaan inflasi yang diawasi ketat ini akan memberikan petunjuk kepada Wall Street mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan akan memangkas suku bunga lagi.
Pada pertemuan Juni, bank sentral AS memilih untuk mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah pada kisaran target 4,25 persen hingga 4,5 persen.
Kontrak berjangka dana federal mengindikasikan peluang tipis untuk pemotongan suku bunga pada pertemuan akhir Juli, namun menunjukkan bahwa pelonggaran kebijakan pada September lebih mungkin terjadi.
(NIA DEVIYANA)