Wall Street Dibuka Melemah Imbas Tensi Dagang AS-China yang Memanas
Wall Street dibuka melemah pada Senin (2/6/2025). Pasar menyoroti tensi dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.
IDXChannel – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street dibuka melemah pada Senin (2/6/2025). Pasar menyoroti tensi dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.
Dow Jones Industrial Average turun 0,3 persen, S&P 500 melemah 0,6 persen, Nasdaq merosot 0,7 persen.
Pelemahan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menuduh China melanggar kesepakatan dagang yang dicapai di Jenewa.
Tudingan ini langsung dibantah oleh Kementerian Perdagangan China, yang menyebut pernyataan Trump "tidak berdasar" dan berjanji akan mengambil langkah tegas untuk melindungi kepentingannya.
“China akan mengambil tindakan yang kuat untuk menjaga hak dan kepentingannya,” demikian pernyataan resmi dari otoritas perdagangan China, pada Senin pagi waktu Beijing, dilansir Investing, Senin (2/6/2025).
Ketegangan dagang kedua negara berlangsung setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan negosiasi perdagangan dengan China tengah menemui jalan buntu.
Trump pun menyatakan bakal menggandakan tarif baja dari 25 persen menjadi 50 persen mulai 4 Juni, sebagai langkah lanjutan dari kebijakan proteksionisnya.
Meski sempat diredam oleh putusan pengadilan federal yang memblokir sebagian agenda tarif Trump, kebijakan itu kembali diberlakukan usai putusan banding menguatkan langkah Gedung Putih.
Pemerintahan Trump juga dikabarkan tengah menyusun regulasi baru untuk memperketat pembatasan terhadap perusahaan teknologi China dan anak usahanya.
Dampak dari konflik ini langsung terasa di sejumlah saham, seperti Nvidia, Marvell Technology, dan Taiwan Semiconductor Manufacturing merosot di sesi prapembukaan.
Investor kini menanti rilis data ekonomi meliputi survei kinerja manufaktur PMI dari S&P dan ISM yang dirilis hari ini. Fokus utama juga tertuju pada pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang dijadwalkan berbicara di Washington DC malam ini waktu AS.
Sinyal kebijakan moneter juga dinantikan investor, setelah petinggi The Fed Christopher Waller menyatakan inflasi yang dipicu tarif kemungkinan tidak bersifat permanen, dan membuka peluang pemangkasan suku bunga jika data mendukung.
"Jika inflasi terus menuju target dua persen dan pasar tenaga kerja tetap solid, saya mendukung pemangkasan suku bunga tahun ini," ujarnya dalam konferensi di Korea Selatan.
(Febrina Ratna Iskana)