Wall Street Dibuka Naik Terdorong Data Pengangguran AS
Bursa Saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka naik pada Kamis (9/3), setelah rilis data pengangguran Amerika Serikat.
IDXChannel - Bursa Saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka naik pada Kamis (9/3), setelah rilis data pengangguran Amerika Serikat.
Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 0,40 persen di 32.928,44; S&P 500 (SPX) tumbuh 0,16 persen di 3.998,24; dan Nasdaq Composite (IXIC) menguat 0,01 persen menjadi 11.577,65.
Tiga top gainers di bawah SPX antara lain General Electric menguat 4,89 persen di USD91,23, American Express tumbuh 2,67 persen di USD179,50, dan Philips 66 naik 1,86 persen di USD101,16.
Sedangkan tiga top losers SPX yakni SVB merosot 38,52 persen di USD164,68, First Republic Bank melemah 9,57 persen di USD104,00, dan Signature Bank turun 7,47 persen di USD95,63.
Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan kenaikan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 21.000, menjadi total 211.000 pengangguran per 4 Maret 2023.
Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar, sebesar 195.000. Secara teori, kenaikan pengangguran merupakan imbas dari suku bunga tinggi, yang merupakan skema dari rencana bank sentral untuk menurunkan inflasi.
Para Analis melihat pelaku pasar mulai masuk ke pasar saham melihat data ini. "Ini bisa saja menjadi pengubah permainan untuk pasar saat ini," kata Ekonom Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, dilansir Reuters, Kamis (9/3/2023).
Laporan klaim pengangguran muncul setelah serangkaian data terbaru yang mengindikasikan pasar tenaga kerja masih cukup ketat di tengah lonjakan inflasi.
Apalagi, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa masih diperlukan penambahan tingkat suku bunga demi membawa inflasi sesuai target 2 persen.
Jerome Powell, pada hari kedua testimoninya, menegaskan kembali pesannya, bahwa suku bunga tinggi akan diambil bergantung pada data ekonomi sebelum pertemuan mereka pada akhir bulan Maret ini.
"Jika tren (tenaga kerja) ini berlanjut, Fed mungkin tidak perlu terlalu agresif," tukas Peter.
Akhir pekan ini investor akan menantikan laporan data tenaga kerja non-pertanian untuk periode Februari. (RRD)