MARKET NEWS

Wall Street Dibuka Tak Bertenaga Dipicu Lesunya Data Tenaga Kerja AS

Anggie Ariesta 21/08/2025 20:56 WIB

Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Kamis (21/8/2025) waktu setempat, menyusul dirilisnya data pasar tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan.

Wall Street Dibuka Tak Bertenaga Dipicu Lesunya Data Tenaga Kerja AS. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Kamis (21/8/2025) waktu setempat, menyusul dirilisnya data pasar tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan. Kondisi ini memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi Amerika Serikat (AS), menjelang dimulainya Simposium Jackson Hole The Federal Reserve (The Fed).

Mengutip laman Investing, Dow Jones Industrial Average turun 130,1 poin atau 0,29 persen ke level 44.808,21, S&P 500 melemah 14,9 poin atau 0,23 persen menjadi 6.380,83, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) melorot 60,3 poin atau 0,28 persen menjadi 21.112,523.

Sentimen yang membuat bursa AS turun adalah salah satunya jumlah warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran awal pekan lalu naik lebih dari yang diperkirakan. Hal ini mengindikasikan pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Tunjangan pengangguran musiman AS naik menjadi 235.000 pada pekan yang berakhir 16 Agustus, naik dari 224.000 pada pekan sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan para ekonom, yaitu 226.000. 

Data tersebut menambah bukti terbaru bahwa pasar tenaga kerja AS sedang mendingin seiring dengan tantangan yang dihadapi perusahaan terkait kebijakan tarif Trump.

Pada laporan pekerjaan bulan Juli yang dirilis awal bulan ini, jumlah lapangan kerja yang tercipta jauh di bawah perkiraan, sementara tingkat pengangguran naik dan tingkat partisipasi angkatan kerja turun ke level terendah sejak akhir 2022.

Di sisi korporasi, Walmart menjadi sorotan setelah pengecer terbesar di dunia ini melaporkan hasil kuartal kedua yang beragam, dengan pendapatan melebihi ekspektasi namun laba yang tidak sesuai perkiraan.

Sentimen pasar juga terbebani oleh sinyal hawkish dari notula pertemuan The Fed bulan Juli pada hari Rabu. Notula tersebut menunjukkan sebagian besar anggota The Fed mendukung pendekatan wait-and-see dalam memangkas suku bunga. Hal ini didasari kehati-hatian terhadap dampak inflasi dari kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump.

Bank sentral juga terlihat memprioritaskan risiko inflasi di atas kekhawatiran tentang penurunan pasar tenaga kerja AS, yang dapat memicu penahanan suku bunga lagi pada bulan September.

Investor saat ini menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Simposium Jackson Hole di hari Jumat, yang diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter.

(Dhera Arizona)

SHARE