MARKET NEWS

Wall Street Dibuka Turun Imbas Kebijakan Tarif Dagang Trump

Dinar Fitra Maghiszha 04/03/2025 22:29 WIB

Wall Street tertekan aksi jual pada pembukaan perdagangan Selasa (4/3/2025). Pelaku pasar khawatir atas kebijakan tarif dagang terbaru oleh Donald Trump.

Wall Street Dibuka Turun Imbas Kebijakan Tarif Dagang Trump. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks utama Wall Street tertekan aksi jual pada pembukaan perdagangan Selasa (4/3/2025). Pelaku pasar khawatir atas kebijakan tarif dagang terbaru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump

Dow Jones Industrial Average turun 0,72 persen ke level 42.879,27, sementara S&P 500 melemah 0,84 persen ke 5.800,48. Koreksi lebih dalam juga dialami Nasdaq Composite, anjlok 0,98 persen ke 18.169,87.

Kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif juga terlihat pada pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah. Yield obligasi AS tenor 10 tahun turun ke level terendah sejak Oktober, bertengger di 4,164 persen. 

Di pasar mata uang, tekanan turut dirasakan oleh beberapa mata uang utama. Dolar Australia terperosok ke level terendah dalam satu bulan, sementara peso Meksiko dan dolar Kanada juga melemah setelah terkena dampak langsung dari kebijakan tarif AS. 

Ketidakpastian pasar kian diperparah oleh langkah balasan dari China. Beijing dengan cepat merespons kebijakan tarif Washington dengan memberlakukan kenaikan tarif 10-15 persen terhadap impor produk pertanian dan makanan asal AS senilai USD21 miliar. 

Langkah ini memicu kekhawatiran bahwa sektor agrikultur AS, yang bergantung pada ekspor ke China, akan mengalami tekanan tambahan, demikian melansir Investing, Selasa (4/3/2025).

Kendati terjadi kecemasan, sejumlah pelaku pasar masih optimis bahwa negosiasi akan tetap menjadi jalan keluar dari konflik ini. 

CEO abrdn, Jason Windsor, menilai kedua belah pihak akan menemukan titik temu sebelum eskalasi lebih lanjut terjadi.

“Semua pihak sebenarnya berusaha menghindari perang dagang. Namun, mereka tidak bisa terlihat lemah, sehingga negosiasi tetap berjalan di balik layar,” ujarnya.

Di luar persoalan tarif, investor juga dihadapkan pada ketidakpastian geopolitik setelah Presiden Donald Trump menghentikan bantuan militer ke Ukraina. 

Keputusan ini datang setelah pertemuan kontroversial antara Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Gedung Putih pada Jumat lalu. 

Kebijakan ini menimbulkan spekulasi tentang komitmen AS terhadap sekutunya di tengah konflik yang masih berkecamuk dengan Rusia.

Kondisi ini semakin membebani pasar, yang sebelumnya terhimpit oleh serangkaian data ekonomi AS.

Laporan terbaru menunjukkan indeks harga produsen AS melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun, sementara waktu pengiriman bahan baku semakin lama. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa tarif impor yang diterapkan Trump berpeluang menekan sektor manufaktur.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE