MARKET NEWS

Wall Street Ditutup Beragam Tertekan Penjualan Ritel dan Kebijakan Tarif Trump

Dinar Fitra Maghiszha 15/02/2025 06:21 WIB

Wall Street ditutup beragam pada akhir pekan, Jumat (14/2/2025), di tengah pelemahan penjualan ritel serta kekhawatiran terhadap kebijakan tarif Trump.

Wall Street Ditutup Beragam Tertekan Penjualan Ritel dan Kebijakan Tarif Trump. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks utama Wall Street ditutup beragam pada akhir pekan, Jumat (14/2/2025), di tengah pelemahan penjualan ritel serta kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average melemah 0,37 persen ke level 44.546,08. S&P 500 terkoreksi 0,01 persen menjadi 6.114,55. Di sisi lain, Nasdaq Composite berhasil menanjak 0,41 persen ke 20.026,77, didorong oleh penguatan saham teknologi.

Departemen Perdagangan AS mencatat pelemahan signifikan dalam konsumsi masyarakat. Penjualan ritel turun 0,9 persen pada Januari, terdalam sejak Maret 2023.

Angka ini jauh lebih buruk dari perkiraan ekonom yang hanya memproyeksikan penurunan sebesar 0,1 persen.

Sektor industri manufaktur juga mengalami tekanan. Data dari Federal Reserve (The Fed) menunjukkan output pabrik turun 0,1 persen pada Januari, tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,1 persen. 

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh penurunan tajam dalam produksi kendaraan bermotor, mencerminkan melemahnya permintaan di sektor otomotif.

Pasar keuangan juga dikejutkan oleh kebijakan tarif terbaru dari Trump. 

Pada Kamis, (13/2/2025), melansir Investing, Trump menginstruksikan tim ekonominya untuk merancang skema tarif balasan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak terhadap impor AS. 

Langkah Trump dinilai sejumlah pihak dapat meningkatkan ketidakpastian global dan membuka potensi perang dagang yang lebih luas.

Pada Jumat, Trump kembali memperingatkan bahwa negara-negara BRICS, blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, dapat menghadapi sanksi tarif tambahan jika mereka merealisasikan rencana pembentukan mata uang bersama.

Di tengah tekanan ekonomi, harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed kembali menguat. Peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Juni naik menjadi 51,3 persen, dibandingkan dengan 40,3 persen pada sehari sebelumnya, berdasarkan data CME FedWatch Tool.

Namun, pernyataan terbaru dari Presiden Federal Reserve Dallas, Lorie Logan, menegaskan meskipun inflasi mungkin mereda dalam beberapa bulan ke depan, The Fed belum tentu akan segera menurunkan suku bunga.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE