Wall Street Ditutup Melemah, Saham Chipmaker Memerah Imbas Ketegangan Baru AS-China
Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/5/2025) waktu setempat.
IDXChannel – Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/5/2025) waktu setempat. Hal ini dipicu oleh ketegangan baru terkait perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Sentimen negatif ini muncul setelah Presiden Donald Trump dilaporkan memerintahkan pembuat chip software AS untuk berhenti menjual produknya ke Negeri Tirai Bambu. Ini ditambah lagi dengan notulen rapat Federal Reserve (The Fed) Mei yang menyoroti ketidakpastian terkait tarif.
Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 0,58 persen ke 42.098. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 0,56 persen ke 5.888 dan NASDAQ Composite juga melemah 0,51 persen ke 19.100.
Laporan dari Financial Times pada Rabu, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump telah memerintahkan desainer chip AS untuk menghentikan penjualan perangkat lunak mereka yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor ke China.
Kabar ini langsung membebani saham-saham perusahaan chipmaker. Saham Intel (NASDAQ: INTC), AMD (NASDAQ: AMD), dan Nvidia (NASDAQ: NVDA) mengakhiri hari di zona merah, sesaat sebelum Nvidia merilis laporan keuangan kuartalan setelah penutupan pasar.
Nvidia diproyeksikan mencatat laba per saham sebesar USD0,893 dengan pendapatan USD43,12 miliar untuk tiga bulan hingga 30 April, yang keduanya meningkat pesat dari tahun lalu, menurut data Investing.com.
Perusahaan chipmaker ini diperkirakan diuntungkan dari permintaan domestik yang besar, terutama karena pelanggan terbesarnya—yang disebut sebagai AI hyperscalers di Wall Street—terus menghabiskan miliaran dolar untuk membangun kapasitas pusat data.
Namun, fokus utama investor akan tertuju pada prospek Nvidia ke depan, yang kemungkinan akan menentukan arah industri teknologi di tahun 2025. Investor juga akan mencermati komentar Nvidia mengenai penjualan di China, mengingat perusahaan ini menghadapi lebih banyak kontrol ekspor AS dan peningkatan persaingan di negara tersebut.
CEO Jensen Huang sendiri baru-baru ini mengkritik pembatasan ekspor AS, menyebutnya sebagai "kegagalan," dan juga memperkirakan China akan menjadi pasar senilai USD50 miliar dalam beberapa tahun mendatang.
Notulen rapat Federal Reserve pada 6-7 Mei yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan The Fed memilih untuk mempertahankan pendekatan wait-and-see terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut di tengah ketidakpastian mengenai risiko terkait tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Notulen ini dirilis bersamaan dengan pernyataan dari anggota The Fed, termasuk Presiden Minneapolis Neel Kashkari, yang memperingatkan agar tidak "mengabaikan" dampak guncangan harga pasokan semacam itu.
Kashkari mengatakan, guncangan terhadap ekonomi akibat tarif besar-besaran Presiden Donald Trump, serta ketidakpastian kebijakan perdagangan AS, memaksa bank sentral untuk memutuskan apakah akan fokus memerangi inflasi atau mendukung aktivitas ekonomi.
(Ahmad Islamy Jamil)