MARKET NEWS

Wall Street Ditutup Melemah usai Apple dan Sejumlah Saham Teknologi Anjlok

Febrina Ratna Iskana 17/01/2025 07:27 WIB

Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (16/1/2025) imbas penurunan saham sektor teknologi terutama Apple.

Wall Street Ditutup Melemah usai Apple dan Sejumlah Saham Teknologi Anjlok. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (16/1/2025) imbas penurunan saham sektor teknologi terutama Apple. Selain itu, data ekonomi yang mengecewakan turut menekan bursa saham negara AS.

Melansir Investing, Dow Jones Industrial Average ditutup turun 68 poin atau 0,2 persen, indeks S&P 500 turun 0,2 persen, dan NASDAQ Composite turun 0,9 persen.

Indeks-indeks utama Wall Street telah mencatat kenaikan yang kuat pada sehari sebelumnya, Rabu (15/1/2025), dibantu oleh data inflasi yang di bawah ekspektasi dan laba bank yang kuat. Investor juga menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang ditengahi AS, yang menandakan meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Namun, pelemahan saham teknologi menekan Wall Street. Apple turun 4 persen, dan memimpin penurunan saham teknologi, setelah firma riset Canalys melaporkan bahwa penjualan iPhone turun pada 2024 karena perusahaan teknologi tersebut kehilangan posisi teratasnya terhadap pesaing smartphone lainnya, termasuk Vivi dan Huawei.

Canalys menyatakan Apple menjual 42,9 juta smartphone di China pada 2024, turun 17 persen dibandingkan dengan 51,8 juta pada 2023.

Penurunan yang lebih luas terhadap saham teknologi sejalan dengan menurunnya imbal hasil Treasury karena meredanya kekhawatiran terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Imbal hasil Treasury turun tajam, dengan imbal hasil 1United States 10-Tahun turun sekitar 5 basis poin menjadi 4,6 persen.

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyambut baik data terbaru yang menunjukkan inflasi melambat, dengan mengatakan bahwa jika tren tersebut berlanjut, maka pemotongan suku bunga dapat terjadi pada paruh pertama tahun ini.

Penjualan Eceran Mengecewakan

Di sisi lain, data penjualan eceran AS meningkat pada tingkat yang lebih lambat dari yang diantisipasi dari bulan ke bulan pada Desember 2024. Hal itu dapat menggambarkan keadaan ekonomi Amerika saat menuju tahun baru.

Penjualan eceran tumbuh sebesar 0,4 persen bulan lalu, melambat dari kecepatan yang direvisi naik sebesar 0,8 persen pada November, dan di bawah 0,6 persen seperti yang diharapkan.

Di tempat lain, jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan menjadi 217.000 pada minggu yang berakhir 11 Januari 2025, naik dari angka yang direvisi naik sebesar 203.000 pada minggu sebelumnya.

Data ekonomi tersebut telah menghilangkan sebagian dari keuntungan pada sesi perdagangan sebelumnya. Terlebih lagi setelah harga konsumen menunjukkan inflasi secara tak terduga mereda pada Desember, meskipun sedikit.

CPI inti khususnya terbaca sedikit lebih rendah dari yang diharapkan, sementara inflasi utama sesuai dengan harapan. Data tersebut memicu beberapa spekulasi bahwa inflasi yang mereda akan mengundang lebih banyak pemangkasan suku bunga dari The Fed, terutama setelah indeks harga produsen, yang dirilis pada hari Selasa, terbaca lebih rendah dari yang diharapkan.

Selain itu, sektor perbankan tetap menjadi fokus pada perdagangan Kamis setelah laba kuartalan yang lebih solid. Saham Morgan Stanley (NYSE:MS) naik 4 persen setelah labanya meningkat pada kuartal IV-2024.

Saham Bank of America (NYSE:BAC) turun 1 persen bahkan ketika pemberi pinjaman AS terbesar kedua itu melaporkan laba yang lebih tinggi. Sementara itu, JPMorgan Chase (NYSE:JPM) membukukan laba tahunan tertinggi sepanjang masa yang didukung oleh pemulihan pasar pada kuartal IV-1014.

Goldman Sachs (NYSE:GS) mencatatkan laba kuartalan terbaiknya, angka laba bersih Wells Fargo (NYSE:WFC) melampaui estimasi, dan Citigroup (NYSE:C) berhasil membukukan laba.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE