MARKET NEWS

Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi

Nia Deviyana 24/07/2025 06:21 WIB

Munculnya sinyal Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) sedang menuju kesepakatan dagang juga menjadi sentiment pendukung.

Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi. Foto: dok.AP.

IDXChannel - Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat penutupan tertinggi sepanjang masa pada Rabu (23/7/2025) waktu setempat didorong saham Nvidia (NASDAQ:NVDA) dan GE Vernova.

Munculnya sinyal Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) sedang menuju kesepakatan dagang juga menjadi sentiment pendukung.

Melansir Investing, Wall Street menguat dengan S&P 500 naik 0,78 persen dan mengakhiri sesi di posisi 6.358,91. Nasdaq naik 0,61 persen ke 21.020,02, sementara Dow Jones Industrial Average menguat 1,14 persen ke 45.010,29.

Kesepakatan Gedung Putih dengan Uni Eropa akan mencakup tarif umum sebesar 15 persen terhadap barang-barang asal Uni Eropa yang diekspor ke AS. Tarif ini juga dapat mencakup mobil, mengikuti kerangka kesepakatan dagang yang telah dicapai AS dengan Jepang.

Indeks acuan S&P 500 kini telah naik sekitar 8 persen sepanjang 2025, sementara Nasdaq menguat hampir 9 persen.

"Hal utama adalah pasar percaya bahwa Gedung Putih akan terus mengupayakan penyelesaian kesepakatan dagang ini,” kata kepala analis teknikal di Blue Chip Daily Trend Report, Larry Tentarelli.

Saham GE Vernova melonjak 14,6 persen ke rekor tertinggi setelah produsen peralatan listrik tersebut menaikkan proyeksi pendapatan dan arus kas bebas, serta melampaui perkiraan laba kuartal kedua dari Wall Street. 

GE Vernova naik lebih dari 80 persen sepanjang 2025, didorong konsumsi listrik yang diperkirakan mencapai rekor tertinggi akibat meningkatnya permintaan dari pusat data AI dan kripto.

Saham Nvidia, produsen chip AI raksasa, naik 2,25 persen dan turut mendorong penguatan S&P 500 dan Nasdaq.

Tesla (NASDAQ:TSLA) menguat tipis 0,14 persen menjelang laporan keuangan kuartalannya yang dijadwalkan setelah penutupan bursa. Investor akan mencermati konferensi analis dari produsen kendaraan listrik ini. 

Mereka telah bersiap atas kemungkinan laporan pendapatan yang merosot tajam karena persaingan yang semakin ketat, tidak adanya model baru, dan reaksi negatif konsumen terhadap CEO Elon Musk.

Saham Alphabet (NASDAQ:GOOGL) turun 0,58 persen, dengan perusahaan induk Google ini juga dijadwalkan melaporkan hasil keuangannya setelah penutupan perdagangan.

Rata-rata analis memperkirakan perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 akan mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 7,5 persen untuk kuartal kedua. Microsoft (NASDAQ:MSFT), Nvidia, dan sejumlah raksasa teknologi lainnya yang menjadi pemimpin dalam bidang AI diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan laba tersebut.

Saham produsen alat kesehatan Thermo Fisher (NYSE:TMO) melonjak lebih dari 9 persen setelah melaporkan laba dan pendapatan kuartal kedua yang melampaui perkiraan Wall Street.

Namun, Texas Instruments (NASDAQ:TXN) anjlok 13 persen setelah proyeksi laba kuartalannya menunjukkan permintaan chip analog yang lebih lemah dari perkiraan dan mempertegas ketidakpastian terkait tarif.

Laporan Texas Instruments turut membebani saham produsen chip analog lainnya, seperti NXP Semiconductors (NASDAQ:NXPI), Analog Devices (NASDAQ:ADI), dan ON Semiconductor (NASDAQ:ON), yang turun antara 1 persen hingga 4,6 persen.

Dari sisi data ekonomi, penjualan rumah bekas di AS pada Juni turun lebih besar dari perkiraan. Fokus kini tertuju pada data klaim tunjangan pengangguran mingguan dan data PMI awal S&P Global pada Kamis untuk menilai kondisi ekonomi di tengah ketidakpastian akibat tarif.

Setelah serangkaian data ekonomi yang beragam pekan lalu, para trader kini tidak lagi memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada pekan depan. Probabilitas penurunan suku bunga pada September kini sekitar 58 persen, menurut alat CME FedWatch.

(NIA DEVIYANA)

SHARE