MARKET NEWS

Wall Street Ditutup Turun Tertekan Kinerja Big Tech dan Pemotongan Suku Bunga The Fed

Anggie Ariesta 31/10/2025 06:32 WIB

Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (30/10/2025). Sektor teknologi memimpin kerugian setelah investor mencermati hasil pendapatan Big Tech.

Wall Street Ditutup Turun Tertekan Kinerja Big Tech dan Pemotongan Suku Bunga The Fed. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (30/10/2025) waktu setempat. Sektor teknologi memimpin kerugian setelah investor mencermati hasil pendapatan perusahaan big tech yang beragam dan sinyal kehati-hatian dari Federal Reserve (The Fed) dalam menurunkan suku bunga.

Indeks teknologi, Nasdaq Composite, mencatat penurunan terdalam.

Mengutip Investing, S&P 500 kehilangan 0,99 persen ditutup pada 6.822,34, Nasdaq Composite anjlok 1,57 persen menjadi 23.581,14, dan Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 0,23 persen menjadi 47.522,12.

Sektor consumer discretionary menjadi pendorong utama pelemahan, turun 2,6 persen, sedangkan real estate menjadi satu-satunya sektor yang menguat dengan kenaikan 0,7 persen.

Pasar mencerna keputusan The Fed pada hari sebelumnya yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75-4 persen, menandai pemotongan kedua berturut-turut. Namun, pasar bereaksi negatif terhadap nada hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell.

Powell dengan tegas menepis ekspektasi pasar bahwa pemotongan suku bunga lanjutan pada Desember sudah pasti. Dia mengatakan hal itu "masih jauh" dari kesimpulan yang sudah pasti.

Powell memperingatkan bahwa bank sentral "menavigasi dalam kabut," mengutip sinyal ekonomi yang campur aduk.

Analis ING mencatat bahwa meskipun The Fed menyuarakan kekhawatiran tentang prospek pekerjaan, inflasi tetap menjadi perhatian, terutama dengan potensi dampak tarif.

Meskipun Powell meredam ekspektasi, analis ING masih memproyeksikan adanya pemotongan suku bunga lanjutan pada Desember.

Volatilitas didorong oleh hasil kuartalan dari perusahaan teknologi besar.

Di sisi lain, saham pemilik Instagram, Meta Platforms, anjlok setelah mengumumkan rencana untuk "secara agresif" meningkatkan pengeluaran guna mengejar kecerdasan buatan (AI) yang dapat melampaui kecerdasan manusia. Pengumuman ini memicu kekhawatiran investor atas potensi pengembalian investasi miliaran dolar tersebut.

Sebaliknya, induk perusahaan Google, Alphabet, melaporkan pendapatan kuartal ketiga mencapai rekor tertinggi dengan laba bersih melonjak 33 persen menjadi sekitar USD35 miliar, didukung oleh kekuatan cloud computing dan iklan digital. Alphabet juga menopang rencana pengeluaran besar untuk AI.

Microsoft juga didorong oleh layanan cloud dan AI, bahkan menyatakan bahwa mereka berencana menggandakan jejak pusat datanya selama dua tahun ke depan untuk memenuhi permintaan yang luar biasa.

Selain itu, saham Eli Lilly menguat setelah menaikkan panduan pendapatan setahun penuh berkat permintaan kuat untuk obat penurun berat badan Zepbound, sementara saham Estee Lauder melonjak setelah mengalahkan estimasi penjualan yang dibantu oleh kenaikan permintaan di China.

Para investor juga menimbang perkembangan positif namun samar-samar dari pertemuan perdagangan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Trump menggambarkan pertemuan itu sebagai "menakjubkan, luar biasa" dan memperkirakan kesepakatan perdagangan akan tercapai “segera."

Trump mengumumkan pemotongan tarif fentanyl terhadap China menjadi 10 persen yang berlaku segera, serta China telah setuju untuk melanjutkan pembelian produk pertanian AS. Namun, Trump juga menegaskan bahwa tarif AS terhadap produk China lainya tidak berubah, berada di sekitar 47 persen.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE