Wall Street Kembali Cetak Rekor Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS
Wall Street kembali mencetak rekor pada perdagangan Selasa (23/12/2024) waktu setempat imbas laporan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).
IDXChannel - Wall Street kembali mencetak rekor pada perdagangan Selasa (23/12/2024) waktu setempat setelah laporan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, meskipun tekanan inflasi masih membayangi perekonomian.
Dilansir AP, indeks S&P 500 ditutup naik 31,30 poin atau 0,5 persen ke level 6.909,79, melampaui rekor tertinggi yang sebelumnya tercapai pada awal Desember 2025. Dow Jones Industrial Average menguat 79,73 poin atau 0,2 persen ke 48.442,41, sementara Nasdaq Composite naik 133,02 poin atau 0,6 persen ke 23.561,84.
Kenaikan indeks terjadi meski mayoritas saham di dalam S&P 500 justru melemah. Saham teknologi kembali menjadi penopang utama pasar, melanjutkan tren sepanjang tahun ini. Nvidia melonjak 3 persen dan menjadi kontributor terbesar penguatan indeks, sedangkan Alphabet naik 1,5 persen.
Dari sektor kesehatan, saham Novo Nordisk melesat 7,3 persen setelah regulator AS menyetujui versi pil dari obat penurun berat badan Wegovy, yang menjadi obat oral harian pertama untuk mengatasi obesitas.
Dari sisi makroekonomi, pemerintah AS melaporkan ekonomi tumbuh 4,3 persen secara tahunan pada kuartal III-2025, meningkat dibandingkan pertumbuhan 3,8 persen pada kuartal sebelumnya. Namun, inflasi tetap tinggi dengan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik ke level 2,8 persen, di atas target bank sentral AS sebesar 2 persen.
Kondisi tersebut membuat arah kebijakan moneter Federal Reserve semakin kompleks. Kepala Strategi Multi-Aset Morningstar Wealth, Dominic Pappalardo, menilai bank sentral berada dalam posisi sulit.
“The Fed selama ini menyeimbangkan risiko inflasi dengan melemahnya pasar tenaga kerja, dan laporan hari ini semakin memperumit dilema yang mereka hadapi,” katanya.
The Fed tercatat telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2025. Namun, pejabat bank sentral masih terbelah mengenai arah kebijakan ke depan, dengan proyeksi mulai dari menahan suku bunga hingga melakukan dua kali atau lebih pemangkasan pada 2026.
Dari sisi konsumen, kepercayaan masyarakat AS terus melemah. Laporan The Conference Board menunjukkan indeks kepercayaan konsumen turun ke level terendah sejak tarif perdagangan diberlakukan pada April. Penjualan ritel juga melambat seiring konsumen semakin selektif dalam berbelanja.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) US Treasury tenor 10 tahun naik ke 4,16 persen, sementara yield tenor dua tahun meningkat ke 3,53 persen. Sementara itu, harga emas naik 0,8 persen ke USD4.505,70 per ons, dan harga minyak relatif stabil dengan minyak mentah AS berada di level USD58,38 per barel.
(Rahmat Fiansyah)