MARKET NEWS

Wall Street Koreksi Terbebani Sejumlah Laporan Keuangan yang Mengecewakan

Dinar Fitra Maghiszha 21/03/2025 22:49 WIB

Saham FedEx (NYSE:FDX) merosot 10 persen setelah perusahaan pengiriman paket itu memangkas prospek laba dan pendapatan tahunannya.

Wall Street Koreksi Terbebani Sejumlah Laporan Keuangan yang Mengecewakan. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Indeks utama Wall Street dibuka koreksi pada Perdagangan Jumat (21/3/2025), terbebani hasil laporan keuangan yang mengecewakan dari sejumlah perusahaan besar, serta ancaman terkait arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Pada pukul 9:54 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 438,68 poin atau 1,05 persen menjadi 41.514,64. S&P 500 (.SPX) turun 49,00 poin atau 0,87 persen menjadi 5.613,89. Nasdaq Composite (.IXIC) turun 140,39 poin, atau 0,79 persen menjadi 17.551,24.

Melansir Investing, Jumat (21/3/2025), saham FedEx (NYSE:FDX) merosot 10 persen setelah perusahaan pengiriman paket itu memangkas prospek laba dan pendapatan tahunannya.

Dalam pernyataannya, Chief Financial Officer (CFO) FedEx, John Dietrich, mengatakan revisi ke bawah tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan dan pemasaran dalam sektor industri AS, yang masih berjuang melawan perlambatan ekonomi.

Laporan ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa perekonomian AS tengah mengalami tekanan, seiring dengan inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang ketat, dan potensi dampak dari kebijakan tarif dagang.

Sementara itu, Federal Reserve kembali menjadi pusat perhatian setelah memutuskan mempertahankan suku bunga acuan. Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Namun, tidak ada kebijakan yang disampaikan bank sentral memberi sinyal yang bertolak belakang. The Fed menaikkan proyeksi inflasi dan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 2025.

Hal tersebut mengindikasikan keraguan regulator terhadap prospek pelonggaran kebijakan moneter tahun ini.

Meskipun The Fed tetap memperkirakan memangkas suku bunga 50 basis poin dalam tahun ini, ekspektasi inflasi yang lebih tinggi membuat pasar waspada terhadap kemungkinan tertundanya pemangkasan tersebut. 

Bank Sentral memperkirakan inflasi akan tetap berada di atas target 2 persen dalam waktu dekat. 

(NIA DEVIYANA)

SHARE