Wall Street Libur di Hari Kemerdekaan, Investor Waspadai Sinyal Perlambatan Ekonomi
Wall Street tutup pada hari ini, Selasa (4/7/2023) merayakan Fourt of July atau hari kemerdekaan Amerika Serikat (AS).
IDXChannel - Wall Street tutup pada hari ini, Selasa (4/7/2023) merayakan Fourt of July atau hari kemerdekaan Amerika Serikat (AS). Pada sesi sebelumnya Dow Jones Industrial Average menguat 0,03% di 34.418,47. S&P 500 naik 0,12% di 4.455,59, sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,21% menjadi 13.816,77.
Penguatan kemarin terjadi setelah sejumlah data makro memberi sinyal optimisme bahwa bank sentral bakal mengurangi pengetatan kebijakan moneter agar potensi resesi tak terjadi.
Investor mulai membaca sejumlah tanda-tanda perlambatan ekonomi setelah data Institute of Supply Management yang menunjukkan aktivitas industri manufaktur mengalami perlambatan pada periode Juni 2023, menginjak level terendah sejak gelombang awal pandemi Covid-19 pada Mei 2020.
Terlepas dari bukti bahwa inflasi mulai mereda, Ekonom Capital Economics, Ariane Curtis, memperingatkan potensi pejabat bank sentral atau Federal Reserve masih akan mempertahankan suku bunga yang lebih ketat demi mengatasi inflasi, terutama di sektor jasa.
"Ketidakseimbangan atas supply-demand barang yang mulai membaik masih memberi tekanan terhadap harga," kata Curtis sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (4/7/2023).
Sementara itu analis Barclays, dalam sebuah catatan kepada klien, memandang optimistis bahwa peningkatan pendapatan riil berkat pasar tenaga kerja yang kuat dapat terus mendukung konsumsi AS.
Ke depan pelaku pasar tengah menantikan sejumlah data ekonomi sekaligus mengamati hasil kinerja perusahaan untuk periode kuartal kedua. Investor juga menantikan risalah pertemuan terakhir The Fed pada akhir pekan ini sebagai petunjuk untuk menakar arah kebijakan suku bunga.
"Jika The Fed kembali memperketat untuk melakukan kenaikan suku bunga lebih dari dua kali, maka tentu akan ada kekhawatiran bahwa resesi mungkin bakal terjadi," kata Head of Research BNP Paribas, Manishi Raychaudhuri.
Sebelumnya alarm resesi kian mengemuka di kalangan investor setelah kurva imbal hasil (yield curve) surat utang AS mengalami inversi (inverted), yakni sebuah kondisi di mana yield obligasi pemerintah jangka panjang lebih kecil daripada yield surat utang jangka pendek.
Ini mencerminkan bahwa investor mulai memindahkan uang mereka dari surat utang jangka pendek ke obligasi bertenor panjang. Indikasi ini menandai adanya pesimisme terhadap prospek ekonomi dalam waktu dekat.
Pembalikan ini menjadi indikator perlambatan ekonomi, yang sepanjang sejarah selalu tepat memprediksi terjadinya resesi. (NIA)