Wall Street Pekan Depan Bakal Dibayangi Batas Waktu Tarif Impor
Investor pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street bersiap mencermati perkembangan kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump pada pekan depan.
IDXChannel - Investor pasar modal Amerika Serikat atau Wall Street bersiap mencermati perkembangan kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump pada pekan depan.
Hal ini tak lain seiring tenggat waktu penghentian sementara bea masuk tambahan yang akan berakhir Rabu (9/7/2025). Jika tidak ada eskalasi ketegangan dagang, maka situasi ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi market.
Sedianya, lebih dari selusin mitra dagang utama Amerika Serikat tengah berupaya menyelesaikan kesepakatan dagang, untuk menghindari kenaikan tarif lebih tinggi.
Dalam beberapa hari terakhir, Trump dan timnya terus meningkatkan tekanan diplomatik terhadap negara-negara mitra.
Pekan ini, Trump mengumumkan kesepakatan dengan Vietnam dengan penetapan tarif ekspor sebesar 20 persen, lebih rendah dari rencana awal.
Sementara itu, pembicaraan dengan India masih menunjukkan sinyal positif, namun negosiasi dengan Jepang sebagai mitra dagang keenam terbesar AS dilaporkan menghadapi hambatan.
Di tengah ketidakpastian itu, bursa saham AS justru menunjukkan reli signifikan. Sejak 8 April 2025, indeks S&P 500 mencapai titik terendah pasca pengumuman tarif atau menguat sekitar 26 persen.
Namun demikian, analis mencatat bahwa investor institusi masih berhati-hati.
“Ini jelas reli yang lebih spekulatif. Dalam beberapa hari terakhir, didorong lebih oleh investor ritel daripada institusi,” ujar Chief Investment Officer di Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett, dilansir Investing, Sabtu (5/7/2025).
Meskipun S&P 500 mencatatkan rekor baru, partisipasi investor terhadap saham dinilai masih rendah dibandingkan awal tahun. Deutsche Bank menyebut alokasi ekuitas masih jauh di bawah level Februari 2025.
Analis menilai, jika batas waktu tarif bisa dilewati tanpa eskalasi besar, maka hal ini akan mengurangi risiko kekhawatiran pasar dalam jangka pendek.
“Mungkin ada ancaman, tapi saya kira tidak akan berdampak besar terhadap pasar,” ujar Analis BCA Research, Irene Tunkel.
Sementara itu, data historis menunjukkan Juli merupakan bulan terbaik untuk indeks S&P 500 dalam dua dekade terakhir, dengan rerata penguatan sebesar 2,5 persen.
Investor juga akan menantikan data ekonomi dan laporan keuangan kuartal II sebagai petunjuk arah pertumbuhan ekonomi AS dan kebijakan suku bunga Federal Reserve.
(DESI ANGRIANI)