MARKET NEWS

Wall Street Pekan Depan Bakal Dipengaruhi Data Inflasi AS

Dinar Fitra Maghiszha 10/09/2023 10:57 WIB

Wall Street bersiap menyambut data inflasi pada pekan depan. Selain itu, terdapat rilis indeks harga konsumen (CPI) yang bakal diumumkan pada Rabu.

Wall Street Pekan Depan Bakal Dipengaruhi Data Inflasi AS. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pasar modal Amerika Serikat (AS), Wall Street, bersiap menyambut data inflasi pada pekan depan. Selain itu, terdapat rilis indeks harga konsumen (CPI) yang bakal diumumkan pada Rabu depan (13/9/2023).

Angka inflasi dapat membawa sentimen jangka pendek bagi pasar, yang sebelumnya sempat goyah akibat sejumlah kabar makro dalam beberapa pekan terakhir.

Secara historis, tiga indeks utama Wall Street masih berkinerja positif sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd). S&P 500 tumbuh 16 persen ytd, terdongkrak optimisme bahwa bank sentral (Federal Reserve/The Fed) mampu menurunkan inflasi tanpa berdampak buruk terhadap pertumbuhan.

Data tenaga kerja pekan lalu juga cukup berperan menahan market dari tekanan. Hal ini mengindikasikan iklim ketenagakerjaan masih cukup kuat di Negeri Paman Sam, meskipun belum mampu mengimbangi kekhawatiran terhadap potensi kenaikan bunga.

"Iblis yang namanya inflasi ini masih jauh dari kata bisa dikalahkan," kata Head of Tallbacken Capital Advisors, Michael Purves, dilansir Economic Times, Minggu (10/9/2023).

Data CPI pekan depan, terangnya, dinilai perlu mencapai keseimbangan. Angka yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, atau bahkan mengereknya lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Pertemuan The Fed akan berlangsung pada 19-20 September 2023. Sebelumnya pada agenda Juli, FED telah mengerek bunga acuan 25 bps menjadi 5,25%-5,50%, sekaligus memproyeksikan akan ada kenaikan lanjutan demi mengatasi inflasi.

Indikator FedWatch dari CME Group membaca terdapat peluang 44 persen bahwa The Fed akan mengerek bunga acuan pada November mendatang. Pasar dinilai masih cukup percaya diri suku bunga akan dipertahankan pada pertemuan September ini.

Seperti diketahui, suku bunga tinggi merupakan kabar tak sedap bagi bursa saham. Ini akan mengusik selera investor terhadap aset-aset berisiko seperti saham dan komoditas.

Tak hanya itu, suku bunga tinggi juga dapat memicu ekspektasi terjadinya perlambatan ekonomi alias resesi. Pasar bakal merespons positif apabila ada ekspektasi soft-landing (penurunan aktivitas ekonomi secara bertahap, bukan yang tiba-tiba).

"Jika inflasi lebih tinggi, maka kita akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga akan meningkat," tutup Direktur Pelaksana Tradaing dan Derivatif di Schwab Center for Financial Research, Randy Fredercik.

(FRI)

SHARE