Wall Street Pekan Depan: Simposium Jackson Hole dan Arah Suku Bunga Jadi Sorotan
Wall Street pekan depan akan menjadi fase krusial, di mana para investor akan memusatkan perhatian pada Jackson Hole.
IDXChannel - Wall Street pekan depan akan menjadi fase krusial, di mana para investor akan memusatkan perhatian pada Jackson Hole, Wyoming, tempat para pembuat kebijakan Federal Reserve berkumpul dalam simposium kebijakan tahunan mereka.
Pertemuan tersebut akan menjadi petunjuk mengenai arah pemangkasan suku bunga yang berpotensi mendorong saham kembali mencetak rekor tertinggi.
Pertemuan tahun ini digelar setelah sepekan munculnya data harga konsumen dan grosir yang menunjukkan sinyal beragam, mengenai sejauh mana ekonomi mampu bertahan menghadapi gelombang tarif impor besar-besaran dari Presiden AS Donald Trump
Puncaknya akan terjadi pada Jumat, saat Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berpidato, setelah sepekan yang relatif sepi data.
Sebagian investor tetap khawatir Powell bisa saja menggunakan forum tersebut untuk meredam ekspektasi luas akan pemangkasan suku bunga dalam beberapa pekan mendatang, ekspektasi yang telah mendorong indeks saham mencetak banyak rekor.
"Kita mungkin menghadapi banyak hal; ini berpotensi menjadi peristiwa penting tahun ini," ujar ahli strategi pasar di IBKR, Steven Sosnick, dilansir Investing, Sabtu (16/8/2025).
Pasar berjangka masih memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali lagi tahun ini sebesar seperempat poin persentase, termasuk pemangkasan awal pada pertemuan pertengahan September.
Menurut Kepala Applied Equity Advisors di Morgan Stanley Asset Management, Andrew Slimmon, perusahaan yang paling diuntungkan dari turunnya biaya pinjaman menjadi salah satu pemenang terbesar dalam perdagangan di Wall Street belakangan ini
"Semua berhubungan dengan emiten perumahan, saham siklikal, sektor industri, dan perusahaan bahan baku," kata Slimmon.
Saham para pengembang perumahan besar seperti PulteGroup, Lennar, dan D.R. Horton naik antara 4,2 persen hingga 8,8 persen selama sepekan terakhir hingga Jumat siang pekan ini, berkat turunnya suku bunga kredit pemilikan rumah.
Namun kenaikan tersebut masih bergantung pada berlanjutnya penurunan suku bunga hipotek, sesuatu yang kini dipertanyakan setelah imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun sedikit naik.
Setiap sinyal dari Powell, bahwa dia lebih menekankan pada indikator inflasi yang negatif dibanding data lain yang lebih positif, bisa mengancam kenaikan tersebut.
"Untuk menjaga pasar tetap tenang, Powell harus berhati-hati dan menegaskan keyakinan ‘Goldilocks’ yang dipegang banyak investor, yakni bahwa ekonomi tidak sedang overheating (terlalu panas) maupun terancam resesi," ujar kepala alokasi aset global di Janus Henderson, Ashwin Alankar.
Pergantian Sentimen
Beberapa pengamat pasar pada Kamis lalu mengatakan mereka sudah melihat pergeseran sentimen. Dalam catatan kepada klien, ahli strategi valas dan suku bunga global di Macquarie Group, Thierry Wizman, mengatakan pembicaraan di pasar masih soal pemangkasan besar-besaran, namun sinyal dovish pada September kini dinilai lebih realistis.
Faktor lain membuat komentar Powell semakin penting bagi saham tahun ini. Selain tingginya level indeks pasar dan penurunan Indeks Volatilitas Cboe ke level terendah tahun ini, rangkaian laporan laba kuartal kedua yang positif juga hampir selesai, sehingga investor makin sedikit memiliki sinyal untuk dijadikan pegangan di masa sepi perdagangan akhir musim panas.
Meski begitu, risiko terbesar justru datang dari euforia pasar belakangan ini, yang seolah menutup mata terhadap berbagai kabar buruk dan melupakan kejatuhan tajam akibat tarif pada April lalu.
(NIA DEVIYANA)