MARKET NEWS

Wall Street Pekan Depan Soroti AS dalam Konflik Iran-Israel, hingga Sederet Data Ekonomi

Dinar Fitra Maghiszha 22/06/2025 05:05 WIB

Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street diproyeksi bergerak dalam mode hati-hati pada pekan depan, seiring sejumlah katalis.

Wall Street Pekan Depan Soroti AS dalam Konflik Iran-Israel, hingga Sederet Data Ekonomi. (Foto: AP)

IDXChannel - Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street diproyeksi bergerak dalam mode hati-hati pada pekan depan, seiring sejumlah katalis mulai dari potensi AS masuk dalam konflik Iran-Israel, hingga sederet rilis data ekonomi.

Sepanjang pekan terakhir, indeks S&P 500 tertahan sekitar 2,7 persen di bawah level tertinggi, meski sempat menguat tajam pada awal April akibat meredanya ketegangan tarif dagang.

"Kita semua menunggu dengan waspada untuk melihat apa yang akan terjadi dengan situasi Israel-Iran," kata Ekonom Annex Wealth Management, Brian Jacobsen, dilansir Investing, Sabtu (21/6/2025).

Eskalasi militer Israel dan Iran telah memicu lonjakan harga minyak dan menciptakan kehati-hatian di pasar. 

Meskipun dampak konflik sejauh ini dinilai lebih berpengaruh terhadap pasar komoditas, terutama minyak-gas bumi, pelaku pasar modal masih mencemaskan potensi kenaikan inflasi dan gangguan rantai pasok.

Pada Rabu lalu, bank sentral AS memutuskan mempertahankan suku bunga acuan, seraya mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga tetap mungkin terjadi tahun ini. Meski demikian, laju penurunan Fed Fund Rate (FFR) disebut bakal lebih lambat dibanding proyeksi sebelumnya.

Risiko utama dalam waktu dekat bagi pasar saham, menurut investor, adalah jika AS memutuskan untuk bergabung dalam kampanye serangan terhadap Iran. 

Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump akan memutuskan dalam dua pekan ke depan apakah AS akan ikut serta dalam serangan terhadap fasilitas nuklir dan misil Iran.

"Jika AS terlibat langsung atau terjadi eskalasi lanjutan antara dua negara tersebut, maka S&P 500 dan pasar saham global akan memiliki lebih banyak alasan untuk bereaksi negatif," kata Damian McIntyre, Kepala Multi-Asset Solutions di Federated Hermes, Pittsburgh.

Sebaliknya, jika ketegangan dapat diredakan, hal itu dinilai berpotensi mendorong reli pemulihan di pasar saham. 

"Jika kedua belah pihak bisa secara perlahan menurunkan tensi, itu akan positif bagi pasar ekuitas dan aset berisiko," tambah McIntyre.

Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi utama seperti indikator bisnis dan penjualan ritel pada Senin, data kepercayaan konsumen pada Selasa, serta Indeks Harga Konsumsi Pribadi (PCE) yang dijadwalkan Jumat.

Data kepercayaan konsumen AS sempat turun tajam beberapa bulan terakhir, dipicu kekhawatiran konsumen akan resesi seiring penerapan tarif dan lonjakan inflasi. 

Namun dengan inflasi yang terkendali dan tercapainya gencatan dagang dengan China, investor berharap ada perbaikan dalam sentimen.

"Perlu diingat bahwa survei konsumen sempat terpukul selama Maret, April, dan Mei ... saya perkirakan kita masih akan melihat perbaikan," ujar Chief Market Strategist Nationwide, Mark Hackett. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE