Wall Street Redup Tertekan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi dan Dolar AS
- Reli kenaikan Bursa Saham Amerika Serikat (AS) terhenti. Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (12/11/2024) waktu setempat.
IDXChannel - Reli kenaikan Bursa Saham Amerika Serikat (AS) terhenti. Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (12/11/2024) waktu setempat karena imbal hasil Treasury melonjak dan dolar AS mencapai level tertinggi dalam dua tahun jelang laporan data inflasi.
Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,86 persen menjadi 43.910,98, S&P 500 (.SPX) terpangkas 0,29 persen di 5.983,99, dan Nasdaq Composite (.IXIC) melemah 0,09 persen menjadi 19.281,40.
Imbal hasil Treasury 10 tahun naik 12 basis poin menjadi 4,43 persen. Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,4 persen.
Usai naik cukup signifikan pasca pilpres AS, saham-saham kapitalisasi kecil dan perbankan mengalami penurunan. Saham Tesla Inc turun setelah melonjak hampir 45 persen.
Para ahli strategi di Citigroup Inc yang dipimpin Chris Montagu mengatakan, kenaikan saham AS pasca pemilu dapat terhenti karena investor mulai melakukan aksi ambil untung atau profit taking.
"Kami waspada terhadap potensi aksi ambil untung, konsolidasi, atau bahkan koreksi untuk ekuitas AS menjelang kuartal I tahun baru (2025)," kata Dan Wantrobski di Janney Montgomery Scott, mengutip Bloomberg, Rabu (13/11) waktu Jakarta.
Di sisi lain, data inflasi konsumen (CPI), tidak termasuk makanan dan energi untuk Oktober 2024 akan dirilis pada Rabu (13/11) yang kemungkinan naik secara bulanan maupun tahunan dibandingkan September.
Menurut Will Compernolle di FHN Financial, indeks harga konsumen yang tinggi dan/atau belanja ritel yang kuat dapat mendorong imbal hasil lebih tinggi jika pemotongan suku bunga Desember mulai terlihat tidak bijaksana.
CPI secara keseluruhan mungkin meningkat 0,2 persen selama empat bulan. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun diproyeksikan telah meningkat untuk pertama kalinya sejak Maret.
Scott Kleinman di Apollo Global Management Inc telah memperingatkan pasar agar tidak terlalu nyaman dengan lintasan inflasi dan suku bunga saat ini.
"Inflasi tidak terkendali," kata Kleinman dalam wawancara Bloomberg Television pada Selasa.
(Fiki Ariyanti)