MARKET NEWS

Wall Street Rontok Imbas Ketidakpastian Kenaikan Pajak

Dinar Fitra Maghiszha 15/09/2021 06:19 WIB

Bursa Saham Amerika Serikat atau Wall Sreet dibuka jatuh pada Selasa malam (14/9/2021).

Wall Street Rontok Imbas Ketidakpastian Kenaikan Pajak (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Bursa Saham Amerika Serikat atau Wall Sreet dibuka jatuh pada Selasa malam (14/9/2021). Hal ini akibat imbas dari ketidakpastian kebijakan kenaikan pajak perusahaan yang sebelumnya dikampanyekan para petinggi Demokrat dengan semboyan 'Tax the Rich'.

Menilik Market Watch hingga pukul 21:12 WIB (14/9), Dow Jones Industrial Average anjlok 110,28 poin (-0,32 persen) di level 34.759,35. Selanjutnya S&P 500, melemah 9,54 poin (-0,21 persen) di 4.459,19.

Terakhir, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 4,14 poin (-0,03 persen) di level 15.101,35, dilansir Reuters, Selasa (14/9/2021).

Kinerja sejumlah sektor energi dan keuangan terpantau merosot, meski sempat naik pada penutupan sebelumnya. Sedangkan emiten teknologi bluechips masih stagnan dan relatif melambat.

Sementara saham-saham perusahaan China yang terdaftar di Wall Street terlihat mengalami koreksi menyusul adanya kekhawatiran atas aturan ketat pemerintah Negeri Tirai Bambu.

Saat ini, bursa AS masih menanti langkah Joe Biden untuk mengesahkan paket anggaran senilai US$3,5 triliun yang mencakup usulan kenaikan tarif pajak perusahaan sebesar 26,5 persen dari sebelumnya 21 persen.

Skema yang sedang dibahas di tingkat Kongres ini sempat alot di meja diskusi internal Demokrat mengingat proposal Biden adalah sebesar 28 persen kenaikan pajak korporasi.

Adapun untuk individu berpenghasilan di atas US$400.000 atau pasangan dengan pendapatan di atas US$450.000 bakal dikenai pajak maksimal hingga 39,6 persen.

Di samping itu, sentimen lain yang menggerakkan bursa datang dari kekhawatiran pasar merespons pertumbuhan ekonomi yang melambat sejalan dengan peningkatan kasus Covid-19.

Kemudian, data dari Departemen Tenaga Kerja mencatat laju harga konsumen melambat dalam enam bulan terakhir, yang menandai tingkat inflasi dimunginkan telah mencapai puncaknya.

Pertumbuhan harga konsumen yang melambat dapat menunda langkah Federal Reserve (the Fed) memulai kebijakan tapering.

Perselisihan di antara anggota Federal Reserve (the Fed) soal kapan dimulainya tapering turut membuat investor ragu-ragu terhadap adanya perubahan kebijakan.

"Sebenarnya ini tidak menjadi paksaan bagi The Fed, memang ada kemungkinkan Fed bisa melakukannya (tapering). Namun saya yakin itu tidak terjadi pada September ini," kata Senior Portfolio Manager Dakota Wealth, Robert Pavlik.

Para pelaku pasar masih menanti adanya koreksi dari sejumlah saham-saham potensial hingga akhir tahun ini agar bisa menentukan posisi masuk mereka. Namun, gejolak pasar global yang tidak menentu beserta sejumlah sentimen membuat khawatir investor.

"Apabila Powell (Gubernur the Fed), menunggu (tapering) hingga November, maka saya pikir itu akan berbeda dari anggota Fed lainnya," terang Robert. (RAMA)

SHARE