WIKA Pangkas Utang Rp2,20 Triliun hingga Kuartal III-2025
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengebut perbaikan kinerja keuangan di tengah kondisi industri konstruksi yang menantang.
IDXChannel - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengebut perbaikan kinerja keuangan di tengah kondisi industri konstruksi yang menantang.
Hingga kuartal III-2025, WSKT mencatat penurunan utang berbunga sebesar Rp2,20 triliun dan utang mitra kerja sebesar Rp924,58 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW) mengatakan langkah ini merupakan hasil dari strategi restrukturisasi keuangan yang dijalankan secara konsisten.
"Penting bagi WIKA untuk mencapai fundamental keuangan yang kuat melalui langkah inovasi dan transformasi, untuk menjalankan usaha dengan efisien di tengah kondisi yang menantang saat ini," ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Agung menuturkan, perseroan fokus mengeksekusi empat pilar utama perbaikan arus kas, yaitu restrukturisasi utang (debt restructuring), non-core asset recycling pada penyertaan investasi jangka panjang, percepatan pencairan piutang, dan penerapan operational excellence di seluruh lini bisnis.
WIKA juga menjalankan delapan substream penyehatan yang meliputi peningkatan tata kelola dan perbaikan portofolio order book.
Upaya ini, ujarnya, ditujukan untuk menjaga fundamental bisnis tetap kompetitif dan produktif di tengah tekanan sektor konstruksi nasional.
Hingga September 2025, WIKA menurunkan Account Receivable Days (efektivitas perputaran piutang) menjadi 127 hari dari sebelumnya 142 hari, dan Account Payable Days (efektivitas pembayaran utang) menjadi 158 hari dari sebelumnya 196 hari pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Agung, peningkatan efisiensi tersebut berdampak positif terhadap arus kas operasi perusahaan. Sehingga, core operasi tercatat positif sebesar Rp287,83 miliar hingga kuartal III-2025.
Selain perbaikan kinerja keuangan, WIKA juga mencatatkan kontrak baru sebesar Rp6,19 triliun dan penjualan sebesar Rp9,09 triliun hingga September 2025.
Kontribusi terbesar berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar 39 persen, disusul segmen EPCC sebesar 25 persen, industri penunjang konstruksi 29 persen, serta segmen realty & properti dan investasi.
(DESI ANGRIANI)