WOOD Ambil Celah, Bidik Pasar AS saat Perang Dagang
PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 30% bahkan mengincar pasar Amerika Serikat (AS), lantas seperti apa strateginya.
IDXChannel - PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 30% bahkan mengincar pasar Amerika Serikat (AS), lantas seperti apa strateginya.
”Target penjualan ini sangat konservatif atau tumbuh 30%, karena disamping produk yang ada saat ini juga terdapat produk baru,” kata Direktur Keuangan WOOD Wang Sutrisno, di Jakarta, pada Senin (4/3).
Perseroan, lanjutnya, optimistis bakal mencapai target didukung oleh produk baru berupa komponen bangunan dengan tujuan ekspor ke Amerika Serikat. Produk baru yang dimaksud berupa panel berbahan kayu untuk bangunan yang mendapatkan tambahan permintaan sebanyak 250 peti kemas per bulan.
“Tambahan permintaan 250 konteiner per bulan itu dengan tujuan Amerika Serikat (AS),” kata dia.
Potensi pertumbuhan tersebut cukup terbuka mengingat ada kemungkinan perang dagang antara AS dan China masih berlanjut. Sebagaimana diketahui, China merupakan eksportir furnitur terbesar ke AS. Keberlangsungan perang dagang menimbulkan potensi terjadinya perpindahan permintaan furnitur dari China ke Indonesia. Apalagi, AS sampai saat ini masih menjadi pangsa pasar ekspor terbesar WOOD.
Di samping itu, mata uang Dolar AS yang cenderung menguat juga menjadi katalis positif bagi kinerja WOOD sepanjang 2019. Kendati demikian, WOOD tak mau hanya bergantung pada kondisi perang dagang. Emiten ini pun tetap berupaya memperluas pangsa pasarnya dengan menambah negara tujuan ekspor.
“WOOD sedang menjajaki perluasan negara tujuan ekspor ke kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Asia Tenggara,” kata Wang.
Untuk menopang permintaan itu, lanjut dia, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp200 miliar hingga Rp250 miliar. Di mana sumber dana belanja modal berasal dari pinjaman perbankan dan laba ditahan. Lebih lanjut Wang menjelaskan, sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi komponen bangunan dan sebagian kecil dana belanja modal akan dialokasikan untuk meningkatkan kapasitas produksi furnitur perseroan.
Wang mengungkapkan, untuk rencananya pabrik baru akan jadi pada kuartal II-2019. Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan belum audit, perseroan membukukan penjualan Rp2 triliun dan laba bersih Rp230 miliar. “Laporan ini memang belum audit, tapi hasilnya tidak jauh dari angka itu,” tandasnya. (*)