Yen ke Level Terendah dalam 34 Tahun saat BOJ Tahan Suku Bunga
Bank of Japan (BOJ) menahan suku bunga utama jangka pendek di kisaran 0 persen hingga 0,1 persen dalam pengumuman hasil rapat rapat April pada Jumat (26/4).
IDXChannel - Bank of Japan (BOJ) menahan suku bunga utama jangka pendek di kisaran 0 persen hingga 0,1 persen dalam pengumuman hasil rapat rapat April pada Jumat (26/4/2024).
Kebijakan bank sentral Jepang ini seperti yang diperkirakan secara luas, setelah melakukan kenaikan suku bunga pertama sejak 2007 pada pertemuan Maret lalu.
Bank sentral juga mengatakan akan terus melakukan pembelian obligasi, sejalan dengan keputusan sebelumnya.
Sementara itu, dalam perkiraan triwulanan, BoJ merevisi pembacaan IHK untuk tahun fiskal 2024 menjadi 2,8 persen dari 2,4 persen di Januari.
Meresons kebijakan terbaru BOJ, mata uang Jepang yen turun tajam, terendah dalam 34 tahun, di level JPY156 terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kebijakan BOJ untuk meningkatkan intervensi pemerintah membuat yen semakin terpuruk. Mata uang ini sudah mengalami penurunan sejak pertemuan kebijakan moneter bank sentral sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di sisi lain, Tomoaki Shishido, ahli strategi suku bunga yen di Nomura Securities memperkirakan data ekonomi AS minggu ini akan memiliki dampak yang lebih besar terhadap mata uang Jepang dibandingkan pertemuan BOJ.
Pasar memperkirakan suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menyusul serangkaian pembacaan inflasi yang kuat.
Sebelumnya, data terbaru yang menunjukkan perekonomian AS hanya tumbuh sebesar 1,6 persen di Triwulan-I 2024. Ini menjadi pertumbuhan terendah sejak kontraksi di Triwulan-II 2022, dan di bawah ekspektasi pasar 2,4 persen.
Belanja konsumen dan investasi tetap non-perumahan juga tumbuh lebih lambat. Pada saat yang sama, investasi inventaris swasta turun dan defisit perdagangan yang lebih besar mengurangi pertumbuhan sejak 2022.
Meskipun pertumbuhan PDB AS di Triwulan ke-1 jauh di bawah perkiraan, inflasi konsumen meningkat menjadi 3,4 persen dari 1,8 persen di Triwulan-II 2024.
Kondisi ekonomi AS makin tak pasti dengan klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan. Ini bisa memperkuat alasan bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga restriktifnya lebih lama.
Pada Kamis (25/4) Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada Reuters bahwa pertumbuhan PDB AS untuk kuartal pertama dapat direvisi lebih tinggi seiring dengan semakin banyaknya data yang masuk.
Ahli strategi Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan pekan lalu bahwa prospek makroekonomi global tampaknya tidak menguntungkan bagi yen. Investor juga telah mengurangi ekspektasi mereka terhadap kebijakan penurunan suku bunga, mengingat kondisi ekonomi global.
“Hal ini akan membatasi daya tarik aset-aset yang berbasis di Jepang bagi investor domestik dan asing, dan siklus kenaikan BOJ yang sedikit lebih agresif tidak akan banyak mengubah dinamika tersebut,” kata analis Goldman Sachs.
Perlu Intervensi Pemerintah
Dengan terdepresiasinya yen, pasar waspada terhadap kemungkinan intervensi pemerintah.
Salah satu intervensi yang biasa dilakukan pemerintah Jepang adalah dengan pembelian obligasi pemerintah Jepang (JGB).
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada Rabu (24/4) bahwa dia mengamati pergerakan pasar dengan ketat, menunjukkan bahwa tindakan tersebut mungkin akan dilakukan.
Pekan lalu, para kepala keuangan AS, Jepang dan Korea Selatan menyatakan keprihatinan atas jatuhnya yen dan won, mengisyaratkan bahwa kedua negara Asia tersebut siap melakukan intervensi.
Menurut Shusuke Yamada, kepala strategi valuta asing Jepang di Bank of America Securities, memburuknya sentimen publik karena melemahnya yen adalah salah satu alasan pemerintah mengambil tindakan.
“Oleh karena itu, secara politik mungkin merugikan pemerintah jika membiarkan yen melemah lebih lanjut terhadap dolar AS,” katanya.
Dia menambahkan, kekhawatiran para pemimpin bisnis Jepang terhadap penurunan yen mengisyaratkan bahwa pelemahan yen lebih lanjut dapat mengurangi sentimen konsumen [atas] inflasi impor yang lebih tinggi."
Pasca keputusan BOJ, bursa saham Jepang juga ditutup menguat dengan indeks Nikkei 225 naik 0,81 persen di level 37.935.
Investor juga bereaksi terhadap data yang menunjukkan tingkat inflasi inti Tokyo melambat ke level terendah dalam 2 tahun sebesar 1,6 persen pada April. (ADF)