Yield Obligasi 10 Tahun AS Rekor Tertinggi 16 Tahun, Apa yang Terjadi?
Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun pemerintah Amerika Serikat (AS) naik melewati angka 4,3 persen pada Selasa (22/8/2023), tertinggi sejak November 2007.
IDXChannel - Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun pemerintah Amerika Serikat (AS) naik melewati angka 4,3 persen pada Selasa (22/8/2023), tertinggi sejak November 2007. Sementara US Treasury tenor 2 tahun naik mendekati 5 persen, tepatnya di level 4,994 persen.
Kenaikan ini dipengaruhi sentimen pasar yang terus khawatir terhadap prospek hawkish bank sentral The Federal Reserve (The Fed) dan suntikan Departemen Keuangan AS yang yang menambah dana obligasi tenor tersebut. (Lihat grafik di bawah ini.)
Anomali Pasar
Di tengah kenaikan yield obligasi AS, sejumlah indeks saham di Asia justru kompak menghijau pada pukul 15.00 WIB.
Menurut data RTI, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,92%, melanjutkan kenaikannya pada perdagangan Senin, sedangkan Topix naik 1,08%.
Indeks Kospi Korea Selatan juga naik 0,36% dan indeks S&P/ASX 200 Australia naik tipis 0,052 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong menghentikan penurunan tujuh hari berturut-turutnya dan naik 0,95% pada jam terakhir perdagangannya, sementara di China, indeks Shanghai Composite naik 0,88 persen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menghijau 0,72 persen pada pukul 15.13 WIB dan Strait Times di Singapura naik 0,12 persen.
Biasanya, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi umumnya berarti dibarengi dengan melemahnya kinerja saham.
Di pasar saham AS, ketiga indeks utama berakhir bervariasi pada perdagangan Senin (21/8). Indeks Nasdaq Composite yang padat teknologi menghentikan penurunan beruntun empat hari dan naik 1,6%, sementara S&P 500 naik 0,69% dan Dow Jones Industrial Average turun 0,11%.
Pekan ini, semua mata investor akan tertuju pada pidato Ketua bank sentral AS, Jerome Powell dalam forum Jackson Hole Symposium yang akan menjadi sinyal arah kebijakan bank sentral ke depan. Powell dikabarkan akan memberikan pidatonya pada Jumat mendatang (25/8).
"Kami memperkirakan dia akan menunjukkan sikap kebijakan jangka menengah yang cukup hawkish, memungkinkan risiko bahwa The Fed telah melakukan kenaikan tetapi tidak menutup kemungkinan pengetatan lebih lanjut, " kata Steve Englander, kepala global Riset G10 FX di Standard Chartered dikutip Financial Times, Selasa (22/8)
Tersengat sentimen AS, imbal hasil obligasi 10 tahun di Inggris dan Jerman baru-baru ini juga mencapai level tertinggi masing-masing sejak 2008 dan 2011.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Inggris tenor 10 tahun atau 10-year gilt 10 melonjak menjadi 4,727 persen pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (18/8). Angka ini mendekati level tertinggi sejak Oktober 2008.
Pada hari perdagangan yang sama (18/8), imbal hasil Treasury 10 tahun juga melonjal di level 4,2349 persen diikuti imbal hasil Treasury 2 turun turun lebih dari empat basis poin menjadi 4,9126 persen.
Selain itu, meningkatnya imbal hasil obligasi ini mencerminkan perekonomian AS yang lebih kuat dan defisit yang lebih tinggi.
Penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan pada Juli juga menggarisbawahi ketahanan konsumen AS. Sementara pertumbuhan industri yang kuat dan bukti pasar tenaga kerja yang tangguh secara luas memperkuat prediksi ekonomi AS dapat mencapai pendaratan lunak (soft landing) di tengah siklus pengetatan yang agresif.
Perkembangan tersebut selaras dengan aksi jual obligasi menyusul rilis risalah dari pertemuan terbaru FOMC pada Juli.
Kondisi ini mempertegas bahwa ada risiko terbalik terhadap inflasi yang dapat menjadi sentimen kenaikan suku bunga lebih lanjut dan menekan imbal hasil Treasuries di pasar sekunder. (ADF)