MILENOMIC

6 Kesulitan yang Dihadapi Wanita Karier, Apa Saja Jenis Tantangannya?

Kurnia Nadya 18/07/2025 13:00 WIB

Meskipun tidak dialami semua perempuan, tidak sedikit tenaga kerja perempuan yang mengalami kesulitan-kesulitan ini.

6 Kesulitan yang Dihadapi Wanita Karier, Apa Saja Jenis Tantangannya? (Foto: Freepik)

IDXChannel—Apa saja kesulitan yang dihadapi wanita karier? Saat ini banyak perempuan yang bekerja, baik yang sudah menikah ataupun belum menikah. BPS mencatat persentase tenaga kerja perempuan di Indonesia pada 2024 mencapai 36,32 persen. 

Sementara tenaga kerja laki-laki mencapai 45,81 persen pada periode yang sama. Meskipun partisipasinya belum seimbang, jumlah partisipasi perempuan pada angkatan kerja di Indonesia tidak dapat dipandang remeh. 

Pada masa silam, tidak banyak perempuan yang memiliki kebebasan untuk memilih antara berkarier atau menjadi ibu rumah tangga. Saat ini, banyak perempuan ibu rumah tangga yang tetap bisa bekerja, baik sebagai wirausaha mandiri ataupun sebagai karyawan. 

Namun tetap ada hambatan yang dialami tenaga kerja perempuan saat meniti karier, meskipun tidak dialami semua perempuan, tidak sedikit tenaga kerja perempuan yang mengalami kesulitan-kesulitan ini. 

Melansir beragam sumber, berikut ini adalah beragam kesulitan yang dihadapi wanita karier, terutama dari kalangan ibu rumah tangga (working mom). 

Kesulitan yang Dihadapi Wanita Karier, Apa Saja Tantangannya? 

1. Pelecehan Seksual 

Tenaga kerja wanita rentan mengalami pelecehan seksual, sekalipun dalam bentuk verbal berupa perkataan-perkataan atau candaan yang kurang pantas. Pelecehan ini bisa dilakukan oleh rekan kerja ataupun atasan. 
Diremehkan 

Pada bidang kerja yang membutuhkan keahlian teknis, bukan tidak mungkin perempuan diremehkan keahliannya karena pekerjaan tersebut jarang diisi oleh perempuan, alias mayoritas diisi oleh laki-laki. 

2. Beban Ganda 

Wanita karier yang sudah menikah dan memiliki anak, seringkali mendapat beban ganda. Selain bekerja sebagai karyawan, saat di rumah dia juga harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah dan mengasuh anak.

Oleh sebab itu biasanya setelah menikah wanita karier akan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga penuh, karena dia tidak bisa berbagai tugas rumah tangga dan pengasuhan anak dengan pasangannya. 

Banyak laki-laki yang tidak mau ikut terlibat dalam urusan rumah dan pengasuhan anak, serta menyerahkan semua tugas-tugas tersebut ke istrinya sekalipun sang istri diizinkan untuk bekerja sebagai karyawan. 

3. Stereotipe Gender

Karena beban ganda ini banyak dialami perempuan dan akhirnya membuat mereka berhenti bekerja setelah melahirkan, bukan tidak mungkin staf rekrutmen lebih mempertimbangkan pencari kerja perempuan yang belum menikah. 

Sebab ada anggapan bahwa perempuan pekerja yang sudah menikah, biasanya akan resign setelah melahirkan. Sementara perusahaan menginginkan pekerja yang dapat bergabung dengan perusahaan dalam jangka panjang. 

4. Ketimpangan Gaji dan Jabatan 

Meskipun saat ini banyak wanita mengisi jabatan dan posisi penting di suatu perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS) masih mencatat ketimpangan gaji antara pekerja perempuan dan pekerja laki-laki. 

Pada 2023 saja, BPS mencatat upah rata-rata perempuan hanya Rp16.779 per jam, sementara upah rata-rata pekerja laki-laki Rp20.125 per jam. Pada Februari 2024, BPS mencatat upah buruh laki-laki mencapai Rp3,30 juta, sedangkan buruh perempuan Rp2,57 juta per bulan. 

5. Stigma 

Selain itu, wanita karier juga tidak lepas dari stigma-stigma negatif yang masih diyakini masyarakat. Misalnya, ‘perempuan yang berpendidikan terlalu tinggi akan sulit mendapatkan pasangan.’

Atau ‘working mom atau ibu yang bekerja bukanlah ibu yang sempurna’, dan sebagainya. Wanita karier masih diekspektasikan untuk menjadi istri dan ibu yang sempurna, sementara pekerja laki-laki masih dimaklumi jika tidak terlibat dalam pengasuhan anak. 

Itulah beberapa kesulitan yang dihadapi wanita karier. 


(Nadya Kurnia)

SHARE