Intip Modal Pembuatan Tas Dior yang Jadi Masalah hingga Pengadilan
Modal pembuatan tas Dior kini menjadi sorotan usai kasusnya mencuat.
IDXChannel - Modal pembuatan tas Dior kini menjadi sorotan usai kasusnya mencuat.
Kondisi ini bermula ketika salah satu media televisi di Korea membongkar praktik curang salah satu produsen tas Dior yang melanggar aturan di negara itu.
Imbasnya modal pembuatan tas Dior kemudian terbongkar. Berikut penjelasan mengenai itu yang dihimpun IDX Channel dari berbagai sumber tepercaya.
Modal Pembuatan Tas Dior
Meskipun meraup keuntungan besar Dior diduga memperlakukan para pekerja mereka dengan sangat buruk selama proses produksi. Informasi ini diungkapkan oleh sumber pihak ketiga yang berhubungan dengan Dior.
Para pekerja yang sebagian besar adalah imigran ilegal dari China, bekerja di Italia tanpa dokumen legal. Mereka dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi, tidur di kantong tidur, dan penggunaan listrik mereka diawasi ketat.
Demi mempercepat produksi, perangkat keselamatan pada mesin perekat dan penyikat dihilangkan. Langkah-langkah ini memungkinkan Dior menekan biaya produksi secara signifikan sehingga dapat menjual tas dengan harga tinggi dan mempertahankan margin keuntungan yang besar.
Untuk modal pembuatan tas dior ini diketahui hanya membutuhkan dana sebesar Rp930 ribu. Sementara untuk harga jualnya 2.600 Euro atau Rp45 juta.
Intip Modal Pembuatan Tas Dior yang Jadi Masalah hingga Pengadilan. (FOTO: MNC MEDIA)
Armani
Tidak hanya Dior, merek mewah lainnya, Armani, juga terlibat dalam praktik serupa. Armani dilaporkan mengeluarkan biaya produksi sebesar USD99 per tas, namun menjualnya dengan harga lebih dari USD1.900 di gerai resminya.
Dengan demikian, keuntungan yang diraup oleh Armani mencapai lebih dari 1.819 persen per tas.
Menanggapi temuan ini, Pengadilan Milan mengeluarkan perintah untuk menempatkan unit produksi Dior dan Armani di bawah administrasi peradilan selama satu tahun. Ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perintah tersebut dikeluarkan setelah penyelidikan menunjukkan adanya pelanggaran ketenagakerjaan di kedua merek tersebut.
Jaksa penuntut menyatakan bahwa pelanggaran terhadap standar ketenagakerjaan bukanlah insiden terisolasi, melainkan merupakan metode produksi yang biasa dilakukan oleh kedua merek untuk menghasilkan keuntungan lebih besar.
Para pekerja dipaksa bekerja keras siang dan malam, dieksploitasi, mengabaikan standar kesehatan dan keselamatan, jam kerja, dan upah yang layak.
Perintah pengadilan ini diharapkan dapat menempatkan para pekerja yang diperlakukan buruk di garis depan perlindungan hukum.
Itulah penjelasan modal pembuatan tas Dior. Semoga informasi ini berguna dan bermanfaat bahi Anda. (MYY)