MILENOMIC

Marak Kebocoran Data Pribadi, Yuk Simak Cara Mengindarinya

Shifa Nurhaliza 07/09/2021 15:42 WIB

Data Bocor? Jangan panik dulu, ada cara yang tepat untuk menghindarinya.

Marak Kebocoran Data Pribadi, Yuk Simak Cara Mengindarinya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kebocoran data pribadi terjadi ketika diretasnya atau tersebarnya data pribadi seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, alamat email, sampai dengan nomor kartu kredit. Data tersebut terakses oleh oknum tidak bertanggung jawab sehingga merugikan banyak pihak.

Mengutip program 1st Session Closing IDX Channel, Selasa (7/9/2021), di Indonesia, tidak hanya sekali data pengguna bocor dan diperjual-belikan pada situs atau dark web. Beberapa contoh kasusnya adalah bocornya data 279 juta pengguna BPJS pada Mei 2021.

Tidak berhenti di situ, pada Agustus 2021 lalu data 1,3 juta pengguna aplikasi Electronic Helath Alert Card (eHAC) bocor, dan terbarunya, masyarakat Indonesia yang terdaftar pada aplikasi PeduliLindungi bocor termasuk data Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Oleh karena itu, kehati-hatian dan kebijakan pengguna perlu dilakukan untuk menghindari disalahgunakannya data pribadi pada aplikasi atau platform.

Hal pertama yang bisa dilakukan untuk menghindari kebocoran data adalah dengan membuat Password atau kata sandi yang kuat. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi kata atau huruf kapital, angka, dan simbol.

Selain itu, rutin mengganti password minimal 6 bulan sekali dan lebih dianjurkan untuk memiliki password berbeda di setiap akun pada setiap aplikasi dan platform.

Selanjutnya yang bisa dilakukan agar data lebih kuat untuk dicuri, adalah dengan menghindari akses wifi publik. Hal tersebut membuat data menjadi lebih rentan untuk dicuri, dimana para hacker gemar mencari informasi pada device masyarakat melalui wifi gratis.

Kemudian bijak dalam menerimaa informasi menjadi penting untuk diperhatikan. Hal ini berkenaan dengan informasi via pesan ataupun telepon yang masuk. Meski informasi telah diketahui seperti rekam medis atau kesehatan, bukan menjadikan hal tersebut sebagai jaminan atas modus penipuan.

Hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah rutin menghapus aplikasi yang sudah tidak terpakai lagi pada handphone. Karena data bisa saja bocor melalui aplikasi yang sudah jarang terpakai sehingga tidak terkontrol oleh penggunanya. (FIRDA/TYO)

SHARE