Mengenal Uang Panas dan Uang Dingin, serta Money Management dalam Investasi
Uang dingin adalah istilah untuk merujuk dana menganggur tidak terpakai dalam jangka pendek, umumnya berasal dari sisa gaji yang dapat dipakai dengan bebas.
IDXChannel—Apa yang dimaksud dengan uang panas dan uang dingin? Dalam berinvestasi, investor selalu dianjurkan untuk menggunakan ‘uang dingin’ sebagai modal investasi, dan dianjurkan untuk tidak menggunakan ‘uang panas.’
Uang dingin adalah istilah untuk merujuk dana yang benar-benar tidak terpakai dalam jangka pendek, umumnya berasal dari sisa gaji yang dapat dialokasikan secara bebas. Sementara uang panas adalah kebalikannya.
Uang panas digunakan untuk merujuk dana yang mestinya terpakai untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan wajib sehari-hari. Misalnya uang transportasi, uang sekolah untuk anak, uang belanja bahan makanan, dan sebagainya.
Investasi membutuhkan money management yang tepat agar investor dapat menerapkan strateginya tanpa gangguan finansial. Oleh sebab itu, investor tidak dianjurkan untuk berinvestasi menggunakan uang panas, apalagi memakai utang untuk dijadikan modal.
Uang Panas dan Uang Dingin dalam Investasi, Mengapa Penting Dipahami
Seringkali investor gagal berinvestasi karena money management yang salah. Investasi tidak hanya membutuhkan modal berupa uang saja, tetapi juga modal berupa mindset atau pola pikir yang tepat.
Ketika individu masih belum memiliki kebiasaan untuk budgeting dan berkomitmen pada rencana budgeting yang sudah dibuatnya, sangat besar kemungkinan individu untuk melenceng dari rencana keuangannya sendiri.
Maka ketika individu belum memiliki kebiasaan money management yang baik, sangat tidak dianjurkan untuk langsung terjun ke pasar modal tanpa memperbaiki kebiasaan pengelolaan keuangannya terlebih dahulu.
Investasi pasar modal—terutama saham—memiliki tingkat risiko yang relatif tinggi dibanding instrumen investasi lain. Sehingga investor perlu menggunakan uang dingin sebagai modal membeli saham.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa investasi harus dilakukan dengan uang dingin:
1. Investasi Perlu Waktu
Investasi saham memerlukan waktu jangka panjang agar nilai investasi bertumbuh maksimal. Masa simpan aset dalam investasi paling minimal setidaknya adalah lima tahun sampai dengan 10 tahun.
Karena investasi perlu waktu untuk pertumbuhan aset, maka sebaiknya investor tidak menjual asetnya dalam jangka pendek karena kepepet butuh uang mendadak. Kepepet finansial ini dapat dihindari jika investor tidak memakai uang panas saat membeli saham.
Oleh sebab itu, modal investasi haruslah uang dingin, alias uang menganggur yang benar-benar tidak digunakan. Uang dingin jika dipakai tidak akan mengganggu kelangsungan hidup karena kebutuhan sudah terpenuhi dari alokasi dana lain.
2. Investasi Memiliki Risiko
Tiap jenis investasi memiliki risikonya masing-masing. Bahkan investasi logam mulia yang sangat mudah dipahami masyarakat awam, tetap memiliki risikonya. Seorang YouTuber Indonesia pernah membagikan pengalaman merugi saat investasi logam mulia.
Penyebab kerugian itu adalah sang YouTuber membeli emas batangan dan menjualnya 3-5 bulan kemudian. Padahal, investasi logam mulia harus dilakukan dalam jangka panjang, karena harga jual harus ditunggu hingga bertumbuh melebihi harga belinya.
Dapat diasumsikan bahwa sang YouTuber membeli logam mulia dengan uang panas, tanpa money management yang baik, dan tidak mengetahui bahwa ada perbedaan antara harga beli konsumen dengan harga buyback emas oleh Antam.
Itulah risiko investasi logam mulia, yakni investor mau tidak mau harus menyimpan emasnya dalam jangka panjang. Minimal 3-5 tahun, sampai harga buyback hari itu lebih tinggi dibanding harga pembeliannya. Dari sinilah investor mendapatkan keuntungan berupa capital gain (selisih harga jual yang lebih tinggi dari harga beli).
Sementara risiko investasi saham lebih tinggi lagi, karena harga saham berfluktuasi setiap hari. Sekalipun investor membeli saham-saham big banks yang relatif aman pergerakannya secara tahunan, tetap ada masanya saham-saham big banks mencatatkan tren penurunan.
Jika investor membeli saham dengan uang dingin, maka dia tidak akan terdesak untuk menjual saham-sahamnya ketika muncul kebutuhan darurat, karena dia sudah memiliki dana darurat yang teralokasikan dengan baik.
Konsekuensi investasi saham adalah risiko rugi dan cut loss. Kerugian lebih mudah dihadapi ketika modal yang dipakai adalah uang menganggur, bukan uang panas yang mestinya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kerugian investasi itu juga tidak akan mengganggu kelangsungan hidup investor, karena modal yang dipakai bukanlah uang panas.
Apa saja yang termasuk kategori uang dingin? Uang dingin bisa berasal dari uang sisa dari gaji yang sudah dialokasikan untuk kebutuhan wajib bulanan dan dana darurat, bisa juga berasal dari pemasukan tambahan dari pekerjaan sampingan.
Intinya, uang dingin adalah jenis uang yang jika dipakai dan hilang tidak akan mengganggu kelancaran hidup seseorang. Sementara uang panas adalah jenis alokasi uang untuk kebutuhan wajib, sehingga jika dipakai untuk investasi dan hilang karena rugi, berpotensi mengganggu kelancaran hidup investor.
Itulah penjelasan singkat tentang uang dingin dan uang panas dalam investasi.
(Nadya Kurnia)