Prinsip SMART untuk Resolusi Keuangan 2025, Agar Rencana Tidak Sebatas Wacana
Seringkali orang gagal mewujudkan rencananya sendiri di tengah perjalanan, dan targetnya gagal tercapai pada akhir tahun.
IDXChannel—Menyusun resolusi keuangan memang mudah, tapi menjalankannya belum tentu mudah. Seringkali orang gagal mewujudkan rencananya sendiri di tengah perjalanan, dan targetnya gagal tercapai pada akhir tahun.
Kegagalan resolusi keuangan biasanya disebabkan oleh pengeluaran tidak terduga, yang juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, tidak sanggup menahan impulsivitas untuk memakai uang.
Atau karena ada kebutuhan tidak terduga, sementara sisa uang yang dapat digunakan untuk keperluan mendadak jumlahnya kurang.
Rencana keuangan bisa dibuat dengan beragam target. Misalnya, menargetkan menabung dengan nominal tertentu setiap bulan, atau membatasi konsumsi tertentu hanya seminggu sekali dalam setiap bulan.
Sekilas, kegiatan menabung tampak mudah terlaksana. Namun pelaksanaan menabung sebenarnya tidak sebatas menyisihkan uang. Menabung memerlukan pembatasan konsumsi juga, agar tersedia uang yang cukup untuk disisihkan.
Selain membutuhkan konsistensi dan komitmen, keberhasilan resolusi keuangan juga dipengaruhi oleh strategi yang dibuat oleh individu. Berikut ini adalah strategi keuangan SMART agar resolusi tercapai.
Mengutip laman resmi Kementerian Keuangan (10/1), berikut ini adalah prinsip SMART untuk menyusun resolusi keuangan.
Strategi Keuangan SMART, Rencana Menabung Tepat Guna
Strategi SMART adalah strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh George T. Doran pada 1981. SMART adalah singkatan dari spesific, measurable, achieavable, realistic, dan time-bounded.
Kelima aspek ini saling berkaitan dalam pelaksanaan suatu rencana. Tanpa disadari, individu tidak berpikir panjang saat menyusun resolusi. Target hanya dibuat sekenanya, sesuai keinginan personal tanpa memperhitungkan waktu dan kemampuan.
1. Spesific
Aspek spefisik dalam hal ini adalah membuat target yang spesifik. Tujuan yang ingin dicapai harus jelas dan spesifik, bukan angan-angan kabur yang sulit dideskripsikan. Target ‘pengin punya banyak duit’ adalah contoh target yang kurang jelas.
Tentukan dulu apa kebutuhan dan keinginan Anda, lalu buatlah target yang spesifik dari situ. Misalnya: ‘target jajan di Grabfood hanya 1 kali seminggu’ atau ‘target menyisihkan minimal Rp500.000 setiap bulan.’
Dengan target yang jelas, Anda akan memiliki gambaran yang pasti tentang hasil dan bagaimana cara menggapainya. Misalnya jika Anda menargetkan untuk hanya memesan delivery seminggu sekali, maka untuk mewujudkannya bisa dilakukan dengan:
- Membawa bekal ke kantor
- Berpuasa
- Membeli snack murah sederhana untuk kudapan di rumah dan di kantor
- Memutus sambungan kartu kredit dengan aplikasi delivery, dan sebagainya
Demikian pula jika target Anda adalah menabung minimal Rp500.000 setiap bulan. Maka strategi yang bisa dilakukan adalah:
- Mengurangi konsumsi kebutuhan sekunder dan tersier
- Memasukkan Rp500.000 ke deposito bank digital, langsung setelah pencairan gaji
- Memasukkan Rp500.000 ke kantong tabungan (biasanya ada di bank digital), langsung setelah pencairan gaji
- Menurunkan paket data langganan dan mulai memanfaatkan wifi, dan sebagainya
2. Measurable
Measurable adalah ‘terukur’, artinya resolusi yang Anda buat harusnya dapat diukur, kalau bisa dapat dihitung juga. Buatlah satuan target tabungan dengan angka yang jelas agar realisasinya dapat dimonitor dari bulan ke bulan.
Aspek measurable hampir sama dengan aspek spesifik, namun aspek ini lebih menekankan pada target yang bersifat tangible atau dapat dihitung. Gunakan indikator yang dapat dihitung untuk menentukan target.
Misalnya dengan menghitung besaran gaji, jumlah pengeluaran tetap, dan target keuangan yang ingin dicapai hingga akhir tahun. Dengan gaji Rp5 juta per bulan, dikurangi dengan pengeluaran tetap bulanan, Anda dapat menghitung berapa uang yang memungkinkan untuk disisihkan secara pasti (tanpa diganggu gugat) setiap bulannya.
Dari situ juga Anda bisa mendapatkan angka target keuangan yang dapat direalisasikan pada akhir tahun.
3. Achiavable
Achiavable artinya ‘dapat dicapai’, yang maksudnya adalah resolusi yang dibuat harus memungkinkan untuk dicapai. Target keuangan haruslah bisa dicapai, karena tujuannya adalah hasil nyata, bukan sebatas imimpian.
Seperti apa contoh resolusi yang tidak achiavable, misalnya ‘mengumpulkan Rp100 miliar dalam satu tahun.’ Dengan kemampuan finansial saat ini, apakah Anda bisa menghasilkan miliaran rupiah setiap bulan?
Resolusi yang serius adalah resolusi yang dapat dicapai, bukan angan-angan ataupun khalayan individu semata. Ini bukan berarti berangan-angan itu salah, tapi saat menyusun resolusi, sebaiknya jangan membuat target yang mustahil atau sulit dicapai dengan kemampuan saat ini.
4. Realistic
Aspek realistic atau realistis, masih berkaitan dengan aspek achiavable. Maksud dari resolusi yang realistis adalah resolusi yang dibuat dengan kesadaran penuh tentang kemampuan diri dan kondisi saat ini.
Realistis juga berkaitan dengan relevansi resolusi yang Anda buat dengan kebutuhan. Misalnya, saat Anda belum memiliki dana darurat, maka tidak realistis jika Anda menargetkan untuk mencicil mobil.
Pahami dulu kebutuhan dan kondisi finansial Anda saat ini, lalu buatlah resolusi yang sesuai dengan kedua faktor tersebut. Jika Anda adalah seorang karyawan berusia 35 tahun ke atas, maka resolusi yang realistis adalah mempersiapkan dana darurat.
Atau mempersiapkan dana pensiun atau menabung untuk membeli rumah jika Anda sudah punya dana darurat yang cukup untuk hidup 12 bulan.
5. Time-Bounded
Time-bounded adalah ‘terikat dengan waktu’, atau terukur dengan waktu. Resolusi keuangan sebaiknya dibuat terikat dengan waktu, atau dapat diukur dengan waktu. Agar Anda dapat melihat progress setiap bulan.
Misalnya, ‘dalam waktu 12 bulan saya harus bisa mencapai target ini.’ Dengan menargetkan capaian pada tenggat waktu, Anda bisa melihat seberapa jauh proses berlangsung, dan Anda bisa menyusun strategi yang tepat sesuai dengan tenggat yang Anda tetapkan.
Menyusun Resolusi Keuangan Agar Tidak Jadi Wacana, Hal yang Harus Diwaspadai
Saat menerapkan prinsip SMART di atas, ada beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan. Salah satu yang utama adalah kondisi finansial, karena keadaan setiap orang bisa berbeda-beda.
Kondisi finansial karyawan yang memiliki tanggungan tentu akan berbeda dengan karyawan tanpa tanggungan. Kondisi finansial karyawan dengan satu tanggungan, juga berbeda dengan mereka yang memiliki tanggungan lebih dari satu.
Beban finansial di luar kebutuhan pribadi adalah salah satu penyebab seseorang sulit menabung. Seperti diketahui, banyak orang menjadi generasi sandwhich, dan bagi mereka boleh jadi menabung adalah suatu kemustahilan.
Hal lain yang patut diwaspadai adalah kebiasaan boros. Sifat boros ini terdengar mudah diubah, namun kebiasaan ini sulit diubah karena berkaitan dengan psikis dan pola pikir. Boros dan impulsif adalah kebiasaan yang terbangun, bukannya muncul tiba-tiba.
Jika Anda merasa boros, pahami dulu hal apa yang membuat Anda terbiasa impulsif dan mudah mengeluarkan uang. Sadari dulu bahwa Anda tidak selamanya berusia produktif. Pahami juga bahwa mengubah kebiasaan memang tidak menyenangkan, tapi hasilnya kelak akan bermanfaat.
Berikut ini adalah tips yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi tantangan selama merealisasikan resolusi keuangan:
- Membuka dua rekening. Satu rekening untuk transaksi harian, satu untuk menabung
- Membuka deposito di bank digital untuk ‘memaksa’ diri menabung. Ada deposito dengan jatuh tempo jangka pendek, dan dapat dibeli baru tiap bulan
- Menyisihkan dana darurat bulanan untuk kebutuhan tidak terduga bagi individu dengan tanggungan finansial
- Tidak mudah memberikan pinjaman kepada orang lain
- Memasang batasan finansial terhadap orang yang ditanggung untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tersier
- Bayar semua kewajiban begitu pencairan gaji, alokasikan sisanya untuk tabungan
- Selesaikan semua utang sebelum menjalankan resolusi
- Unintall aplikasi yang membuat boros untuk sementara waktu
Itulah penjelasan lengkap tentang prinsip SMART untuk menyusun resolusi keuangan tahun ini. Semoga bermanfaat.
(Nadya Kurnia)