Sejarah Dukuh Atas, dari Tempat Nongkrong Anak Muda hingga Citayam Fashion Week
Sejarah Dukuh Atas menarik untuk disimak setelah kawasan ini menjadi lokasi fashion show jalanan bernama Citayam Fashion Week.
IDXChannel - Sejarah Dukuh Atas menarik untuk disimak setelah kawasan ini menjadi lokasi fashion show jalanan bernama Citayam Fashion Week. Para remaja dari kota-kota penyangga di Jakarta berkumpul dan menjadikan kawasan ini sebagai tempat nongkrong hingga akhirnya menjadi catwalk.
Terlepas perkembanganya yang ada saat ini, Dukuh Atas menyimpan cerita yang tidak bisa dilepas dari perkembangan kota Jakarta. Lokasinya yang berada di tengah menjadi saksi bisu perkembangan Jakarta dari masa ke masa.
Lalu bagaimana kisah sejarah Dukuh Atas? Mari intip penjelasan yang dihimpun kami dari berbagai sumber.
Asal Nama Dukuh Atas
Cerita penyebutan nama Dukuh Atas sendiri masuk dalam karya Zaenuddin HM berjudul "212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,". Dalam buku itu dijelaskan Dukuh Atas berasal dari perkebunan buah duku yang pernah tumbuh di kawasan itu.
Karena itulah banyak masyarakat lantas menyebut menjadi Dukuh hingga berkembang menjadi Dukuh Atas.
Hiburan Malam Jakarta
Tidak hanya sekedar namanya yang unik. Jauh sebelum Pemprov DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan merombak kawasan ini, kawasan Dukuh Atas dulunya adalah daerah hiburan malam layaknya kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat.
Hal itu tertulis dalam Ensiklopedia Jakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Dalam buku itu tertulis pada tahun 1960-an, daerah yang berada di sudut barat Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ini sudah menjadi kawasan kehidupan malam kelas menengah ke atas.
Kala itu, kawasan ini dipenuhi oleh bar dan klab malam yang dipenuhi para wanita berpakaian seksi dan menjual beberapa minuman beralkohol.
Hingar bingar musik kemudian kerap terdengar di kawasan itu hingga menjadi kawasan ini menjadi salah satu tempat melepas penat bagi para pekerja dan kaum muda di era 80-90an.
Acara Rutin Studio Gigs
Menjelang era-2000-an, kehidupan malam di kawasan itu mulai ditinggalkan seiring munculnya kawasan Kemang, Mangga Besar, dan tempat lainnya di pelosok Jakarta.
Sejarah Dukuh Atas, dari Tempat Nongkrong Anak Muda hingga Citayam Fashion Week. (FOTO : MNC Media)
Namun demikian, tempat itu tetap ramai dan penuh padat karena lokasinya yang tidak jauh dari stasiun kereta api listrik (KRL).
Karena itu, sesekali pada waktu weekend di periode itu, kawasan Dukuh Atas kerap menjadi acara musik oleh beberapa Band Anti Mainstream, seperti Metal, Hardcore, hingga Punk. Beberapa bar yang mulai sepi mulai berubah menjadi studio-studio gigs.
Karenanya tidak heran ketika acara berlangsung, mudah ditemukan beberapa remaja dengan tampilan yang nyentrik.
Berganti Perkantoran
Kian laun kawasan itu pun mulai terhimpit dengan beberapa bangunan yang menjulang tinggi. Gedung-gedung pencakar langit membuat bar-bar terpaksa tutup. Para pemilik kemudian memilih melepaskan lahannya dan tergantikan oleh gedung perkantoran.
Cerita malam dan tumbuhanya musik anti mainstream lambat laun terkikis dan terganti dengan para pria metroseksual dan para wanita karir yang hilir mudik di kawasan itu.
Lokasi Strategis
Sadar akan lokasi yang begitu strategis lantaran di tengah jantung Jakarta. Kawasan Dukuh Atas berbenah, pembangunan skatepark mulai dilakukan di seberang kawasan menuju arah setia budi.
PT KAI dan Kementrian Perhubungan selaku operator Kereta juga mulai membangun Stasiun BNI City yang menjadi cikal bakal KA Bandara.
Tidak mau kalah, Pemprov DKI yang kala itu sibuk dengan proyek MRT juga ikut membangun stasiun bawah tanah disana. Kawasan itu menjadi penuh sesak lantaran transportasi yang mulai tanpa sadar terintegrasi.
Puncaknya terjadi pada tahun 2019, hampir semua transportasi ibukota berkumpul, mulai dari KRL, TransJakarta, MRT, hingga KA Bandara. Menjadikan kawasan ini sebagai lokasi Transit Oriented Development (TOD) terbesar dan pertama di Jakarta.
Majunya kawasan Dukuh Atas, membuat Pemprov DKI berani mengambil sikap dengan menutup jalan Tanjung Karang menuju jalan Kendal dari segala jenis kendaraan. Masyarakat lambat laun bisa berjalan kaki menikmati trotoar yang begitu luas dan menyaksikan indahnya terowongan kendal yang begitu artistik.
Jembatan Multiguna
Membantu mobilitas pengguna transportasi umum, DKI kemudian membangun jembatan penyeberangan multiguna atau disebut Serambi Temu Dukuh Atas. Jembatan sepanjang 265 meter itu menghubungkan Stasiun LRT Jabodebek di sisi selatan Waduk Setiabudi Barat dan Stasiun KCI Sudirman.
Jembatan ini akan melintasi kali Banjir Kanal Barat. Fiturnya terdiri dari akses sepeda, elevator, tangga, lift, hingga gerai komersial.
Kini dengan keindahan Dukuh Atas membuat beberapa remaja dari Citayam, Bogor dan Depok berkumpul hingga terbentuklah Sudirman Citayam Bogor Depok (SCBD) dan menjadi Citayam Fashion Show.
Istilah "Citayam Fashion Week" menjadi kian populer setelah sejumlah remaja dari sekitaran Jakarta mengenakan pakaian unik dan nongkrong di seputaran Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Itulah penjelasan sejarah Dukuh Atas yang bisa Anda simak. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda.