Simak, Ini Resep Utama Investor Milenial Agar Bertahan di Tengah Krisis
Krisis memang selalu menjadi momok yang menakutkan mengingat di masa pandemi dan penerapan PPKM di Indonesia.
IDXChannel - Krisis memang selalu menjadi momok yang menakutkan mengingat di masa pandemi dan penerapan PPKM di Indonesia. Tentunya banyak investor milenial berusaha mencari resep rahasia cuan di tengah krisis, apalagi konon katanya banyak orang kaya dari saham setelah krisis.
Co-Founder Komunitas Investor Muda, Robert Djufri, mengatakan, narasi 'beli saham pas krisis' ini akan membekas di benak banyak orang. Namun, hal itu akan kejadian jika para investor milenial punya uang tunai alias cash untuk beli saham, serta kesabaran menunggu hasil panen investasi.
"Nah, masalahnya yang bagian menunggu orang tidak terlalu kuat. Sukanya getting rich quick," katanya kepada MNC Portal di Jakarta, Minggu (15/8/2021).
Resep pertama untuk para investor milenial adalah beli saham pakai uang dingin. Rumus sederhana ini sering kali orang lupakan, padahal hal ini yang paling penting tidak mendasar untuk kestabilan esmosional kita di pasar saham. Lupakan semua strategi canggih di saham kalau kamu investasi pakai 'uang dapur' atau 'uang panas' (uang yang akan kamu pakai dalam waktu dekat).
"Investasi dengan uang akan kamu pakai dengan waktu dekat akan membuat emosi kamu jadi super labil dan berpotensi membuat kamu mencatatkan kerugian permanen, karena kamu menjual saham dengan alasan kebutuhan mendadak bukan fundamental," katanya.
Selanjutnya, ilmu dasar pengaturan keuangan selalu dimulai dengan dana darurat. Dana darurat adalah sebuah dana yang kalian sisihkan pada sebuah instrumen yang super aman dan bisa ditarik kapan saja. Misalnya tabungan berbunga menarik atau reksadana pasar uang.
Kapan kita akan pakai dana ini? Sesuai dengan namanya, ketika dalam kondisi 'darurat' atau mendadak. Biasanya jumlah dana darurat berkisar 6-12 kali dari biaya hidup bulanan kita.
Kemudian jika banyak investor mengalami kerugian di saham bukan karena faktor fundamental, namun karena masalah kebutuhan darurat datang secara tiba-tiba, serta tidak memiliki dana darurat pada saat itu.
Belum lagi pastinya emosi kita akan jauh lebih labil ketika investasi dengan uang yang dibutuhkan dalam jangka pendek, misalnya uang untuk biaya nikah. "Setiap saham turun 1% rasanya jantung kaya mau copot dan terbayang kebutuhan tujuan investasi batal," ujar dia.
Maka itu, sebelum bertanya saham itu bagus atau tidak, kenali dulu kecocokannya. Ada tiga faktor mengukur kecocokan saham, di antaranya:
1. Risk appetite: Level risiko yang kamu ingin hadapi
2. Risk tolerance: Level risiko yang siap kita hadapi
3. Risk capacity: Level risiko yang mampu kita hadapi
Investasi saham memang merupakan instrumen yang luar biasa untuk mencapai kebebasan finansial, namun tidak seharusnya kamu menderita dalam proses. Investor yang bisa bertahan dengan waktu adalah mereka yang akan meraup keuntungan maksimal.
"Investasi saham adalah marathon dan bukan lari sprint," pungkasnya. (TYO)