MILENOMIC

Usia Produktif Paling Banyak Alami Gangguan Jiwa Selama Pandemi, Ini Penyebabnya!

Kevi Laras 07/09/2022 10:27 WIB

Usia 19-36 tahun paling banyak mengalami gangguan jiwa seperti kecemasan dan depresi selama pandemi Covid-19.

Usia Produktif Paling Banyak Alami Gangguan Jiwa Selama Pandemi, Ini Penyebabnya! (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mencatat usia produktif paling banyak mengalami gangguan jiwa selama Covid-19. 

Ketua Umum PDSKJI Dr. dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ. MARS mengungkapkan, usia 19-36 tahun paling banyak mengalami gangguan jiwa seperti kecemasan dan depresi.

"Jadi pada tes yang dilakukan PDSKJI melalui website memberikan gambaran meningkatnya gangguan jiwa. Khususnya depresi, kecemasan dan kondisi terkait trauma psikologis dan dari hasil tersebut sudah kami buat laporannya," kata Dr. dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ. MARS, Ketua Umum PDSKJI dalam Talkshow Pengaruh Jangka Panjang Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental dan Kognitif, di Kanal YouTube BNPB Indonesia, Rabu (7/9/2022).

Ia menjelaskan, alasan usia produktif lebih banyak mengalami gangguan jiwa, sebab adanya batasan atau berhenti segala aktivitas. Yang rutin dilakukan, seperti kontak dengan orang lain pun dibatasi bisa memicu rasa cemas.

"Usia paling banyak yaitu usia produktif yang usia antara 19-36 tahun. Karena terputus sekali segala sesuatunya yang biasa dilakukan secara rutin kan." jelasnya.

"di mana harus di rumah dan kontak dengan orang jadi terbatas itu salah satu pencetus sebabkan orang terganggu kesehatan mental," tambah Dr Diah.

Sehubungan dengan itu, hasil tes yang dilakukan melalui website telah dilaporkan ke kementerian kesehatan. Hal ini agar dilakukan tindakan lanjut dalam mengembangkan layanan kesehatan di tingkat primer seperti Puskesmas. 

Para dokter yang menangani juga sudah melakukan berbagai kegiatan pelatihan. Guna siap menangani pasien yang akan berkonsultasi terkait kesehatan jiwa.

"Jadi pada tes yang dilakukan PDSKJI melalui website memberikan gambaran meningkatnya gangguan jiwa, khususnya depresi, kecemasan dan kondisi terkait trauma psikologis dan dari hasil tersebut sudah kami buat laporannya," ucap Dr Diah.

"Tindakan lanjut bagaimana mengembangkan layanan untuk melakukan deteksi, dan intervensi bukan saja di layanan rumah sakit tapi juga di layanan primer seperti puskesmas. Juga melakukan pelatihan untuk para dokter supaya tidak terjadi hal-hal  buruk lagi terkait masalah kesehatan jiwanya," tandasnya.

(DES)

SHARE