Ada Varian XBB, Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Bagaimana Indonesia?
Kasus Covid-19 di Singapura mengalami lonjakan akibat sub varian Omicron baru yakni XBB.
IDXChannel - Kasus Covid-19 di Singapura mengalami lonjakan akibat sub varian Omicron baru yakni XBB. Tercatat, di Singapura rata-rata mengalami kenaikan 15.000 kasus positif per hari. Bahkan, diprediksi akan terus meningkat mencapai 20.000 hingga 25.000 kasus per hari.
Lalu, apakah kasus XBB ini sudah masuk ke Indonesia? Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan adanya kemungkinan sub varian XBB sudah masuk di Indonesia.
“Kemungkinan ya sub varian seperti XBB itu sudah masuk ya,” katanya dikutip dalam keterangannya, Selasa (18/10/2022).
Dicky pun menjelaskan kemungkinan sub varian XBB sudah masuk di Indonesia mengingat saat ini deteksi dan surveilance genomic yang menurun.
“Masalahnya juga sekali lagi di tengah deteksi yang melemah dan surveilance genomicnya yang menurun juga tentu ini yang membuat kita jadi kehilangan map yang memadai untuk mendeteksi sub varian baru ini, bahkan di level dunia sekalipun,” jelasnya.
Selain itu, Dicky mengatakan mobilitas masyarakat Indonesia dari dan ke luar negeri cukup tinggi sehingga berpotensi membawa virus XBB ini.
“Dan supaya contoh begini ya, mobilitas yang tinggi dari orang Indonesia ataupun dari luar ke Indonesia ini juga yang berpotensi membawa virus itu.”
Dicky pun mengungkapkan bahwa sub varian XBB ini mudah menginfeksi orang yang sudah divaksinasi bahkan booster. “Dan yang bisa sekali bisa kita lihat bahwa subvarian ini kan sangat mudah menginfeksi orang yang sudah divaksinasi meskipun sudah booster. Dan saya dapat terinfeksi itu, itu ini yang artinya ya kemungkinan memang sudah ada di Indonesia.”
“Kemudian juga dia bisa menginfeksi kembali orang yang sudah terinfeksi. Jadi walaupun ya, dua orang atau yang terinfeksi kembali atau menginfeksi pada orang sudah vaksinasi booster ini memang dari sisi keparahan dan kematian tentu jauh-jauh sekali menurun,” katanya.
Oleh karena itu, kata Dicky, jika tidak segera ditangani dalam arti terapi yang tepat bisa berpotensi menjadi long Covid-19. “Bisa menimbulkan dampak pada organ tubuh itu akan jadi lebih besar. Apalagi kalau lebih dari 2 kali itu kan tentu menjadi masalah.”
(NDA)