News

Antisipasi Kekeringan El Nino, Pemerintah Prioritaskan Air Bersih untuk Masyarakat

Iqbal Dwi Purnama 12/08/2023 07:03 WIB

Ditjen) Sumber Daya Air KemenPUPR terus melakukan langkah mitigasi terhadap dampak kekeringan pada musim kemarau 2023.

Ditjen Sumber Daya Air KemenPUPR terus melakukan langkah mitigasi terhadap dampak kekeringan pada musim kemarau 2023 dan El Nino.

IDXChannel - Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air KemenPUPR terus melakukan langkah mitigasi terhadap dampak kekeringan pada musim kemarau 2023 dan El Nino. Berdasarkan prediksi Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kemarau tahun 2023 ini sudah mulai berlangsung sejak Maret dengan titik puncak pada Agustus-September 2023. 

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja mengatakan respon atas kekeringan pada musim kemarau tahun ini pertama-tama diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat. Setelah air bersih terpenuhi air dialirkan untuk daerah-daerah irigasi atau lahan-lahan pertanian. 

Untuk konsumsi air bersih, Kementerian PUPR menerapkan tiga strategi. Pertama mengoptimalkan sistem eksisting melakukan langkah-langkah cepat/darurat untuk wilayah terdampak. Kedua, membangun sumur bor baru pada wilayah dengan intensitas hujan rendah. Dan ketiga melakukan pemantauan terhadap 13 waduk utama untuk memastikan tampungan air tetap optimal.

"Tiga langkah cepat manfaat tersebut. Pertama melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan untuk sumur-sumur yang ada. Kemudian melakukan pengaturan (buka-tutup) terhadap pintu-pintu air di bendungan dan embung untuk mempertahankan elevasi/muka air," kata Endra dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/8/2023).

"Untuk yang ketiga, pada kondisi yang sangat ekstrim dimana air sudah kering dan tidak ada cekungan air tanah (CAT) kami berkoordinasi dengan Cipta Karya dan pemerintah daerah untuk memobilisasi air bersih dengan tangki-tangki air," kata dia.

Kekeringan secara umum berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bagi wilayah dengan tingkat intensitas hujan rendah misalnya Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Papua. Untuk daerah-daerah tersebut, Kementerian PUPR membuat sumur bor dengan terlebih dahulu melakukan pengkajian potensi sumber air tanah. 

"Untuk itu, Kementerian PUPR telah membangun 37 sumur bor baru yang tersebar di 19 provinsi. Kemudian melakukan rehabilitasi 25 sumur bor eksisting di 11 provinsi," sambungnya.

Kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) terhadap seluruh sumur eksisting yang ada juga dilakukan sebagai pelaksanaan dari program OPOR (Operasi Pemeliharaan Optimalisasi dan Rehabilitasi) oleh Kementerian PUPR. OP dilakukan pada 8.213 sumur bor meliputi 5.457 sumur untuk jaringan irigasi air tanah dengan luas layanan 76.108 Ha dan 2.756 sumur air tanah untuk air baku dengan kapasitas 72,02 m³/detik.

Selain pembangunan sumur bor, untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kementerian PUPR juga mengoptimalkan fungsi tampungan air pada bendungan, situ, embung, dan danau. Saat ini tengah dilakukan pemantauan terhadap kondisi 13 waduk utama, yaitu Jatiluhur, Jatigede, Kedung Ombo, Batu Tegi, Wadas Lintang, Wonogiri, Karang Kates, Bili Bili, Wonorejo, Paselloreng, Bintang Bano, Kalola, dan Tapin. 

SHARE