News

AS Perketat Akses China ke Teknologi dan Pendidikan, Visa Pelajar Dibatasi

Ibnu Hariyanto 30/05/2025 07:46 WIB

Pemerintahan Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangkaian kebijakan baru yang memperketat akses China terhadap teknologi penting.

Pemerintahan Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangkaian kebijakan baru yang memperketat akses China terhadap teknologi penting. (foto: iNews Media Grup)

IDXChannel- Pemerintahan Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangkaian kebijakan baru yang memperketat akses China terhadap teknologi penting. Kebijakan baru itu mencakup pembatasan visa pelajar serta ekspor perangkat lunak dan komponen sensitif seperti desain chip dan mesin jet.

Dilansir Bloomberg, Jumat (30/5/2025), langkah ini memperlihatkan meskipun tarif perdagangan sementara diturunkan, konflik strategis antara kedua negara masih jauh dari selesai. Masalah mendasar seperti pengaruh teknologi, kontrol ekspor, dan isu keamanan nasional tetap menjadi sumber gesekan.

Salah satu langkah paling kontroversial adalah pencabutan visa pelajar asal China, yang disebut pemerintah sebagai upaya menangkal pengaruh Partai Komunis China di dunia akademik. China mengecam kebijakan ini sebagai diskriminatif. 

Meski demikian, China belum menunjukkan aksi balasan langsung, kemungkinan karena ingin menghindari eskalasi.

Selain pembatasan visa, AS juga meningkatkan pengawasan terhadap kerja sama kampus-kampus besar dengan China. Contohnya, tekanan terhadap Harvard University untuk mengungkap keterlibatan dengan perusahaan-perusahaan China termasuk ada larangan menerima mahasiswa internasional.

Kebijakan baru dari AS dinilai dapat mempercepat arus balik talenta China yang selama ini banyak berkontribusi terhadap sektor teknologi dan riset di AS.

Di sisi lain, China mencoba mengambil pendekatan lebih lunak melalui pertukaran budaya dan pendidikan, termasuk program besar untuk mengundang ribuan pelajar Amerika ke China. Namun, inisiatif ini bisa terganggu jika AS terus memperketat kontrol terhadap pelajar China. 

Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan ketidakpercayaan struktural antara dua negara masih mendominasi, bahkan setelah upaya diplomatik terbaru. Jika tidak ada terobosan politik yang lebih mendalam, potensi konflik terbuka baik di bidang perdagangan, pendidikan, maupun teknologi akan tetap tinggi.

SHARE