News

AS Restui Transfer Pesawat Tempur F/A-18 Hornet dari Kuwait ke Malaysia

Ahmad Islamy 16/06/2025 22:12 WIB

Amerika Serikat (AS) menyetujui transfer sejumlah pesawat tempur multiperan F/A-18C/D Hornet bekas Angkatan Udara Kuwait ke Malaysia.

Ilustrasi jet tempur F/A-18 Hornet .

IDXChannelAmerika Serikat (AS) menyetujui transfer sejumlah pesawat tempur multiperan F/A-18C/D Hornet bekas Angkatan Udara Kuwait ke Malaysia. Hal itu terungkap lewat pernyataan Kepala Staf Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF), Jenderal Tan Sri Asghar Khan Goriman Khan, Senin (16/6/2025). 

Pengumuman itu dia sampaikan dalam konferensi pers memperingati ulang tahun ke-67 RMAF, seperti dilaporkan surat kabar New Straits Times. Jenderal Asghar Khan menyatakan, terdapat kemajuan positif dalam negosiasi kesepakatan ini. 

Sebuah komite yang terdiri dari perwakilan Kementerian Pertahanan Malaysia, Kementerian Pertahanan Kuwait, dan Angkatan Udara Kuwait telah dibentuk untuk memfasilitasi proses tersebut. 

"Amerika Serikat telah memberikan izin bagi kami untuk melanjutkan diskusi lebih lanjut. Proses ini akan segera dilaksanakan, tetapi kami juga perlu menunggu Kuwait menerima pesawat F/A-18 E/F Super Hornet yang mereka beli dari AS. Itu adalah faktor kunci," ujarnya.

Berdasarkan kesepakatan itu, Malaysia direncanakan menerima hingga 30 pesawat tempur, yang terdiri atas varian F/A-18C (kursi tunggal) dan F/A-18D (kursi ganda), yang saat ini masih digunakan oleh Angkatan Udara Kuwait. Langkah ini menjadi solusi sementara untuk menjaga kemampuan tempur RMAF, mengingat adanya kendala dalam pelaksanaan program pengadaan pesawat tempur multiperan (MRCA). 

>

Saat ini, RMAF mengoperasikan delapan pesawat F/A-18D yang diperoleh pada tahun 1990-an. Dengan transfer ini, jumlah armada pesawat tempur Malaysia diperkirakan akan hampir dua kali lipat, sehingga dapat mengatasi kekurangan pesawat tempur modern hingga tahun 2040.

Negosiasi mengenai kemungkinan transfer pesawat Kuwait telah berlangsung sejak 2017. Pada Oktober 2024, sebuah delegasi dari Kementerian Pertahanan Malaysia melakukan inspeksi terhadap pesawat-pesawat tersebut di Kuwait. 

Menurut laporan media, kondisi pesawat dinilai memuaskan, dengan jam terbang yang relatif rendah dibandingkan pesawat sejenis yang sudah digunakan oleh Malaysia. Hal ini menambah keyakinan bahwa pesawat-pesawat tersebut masih dapat dioperasikan secara efektif dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Pengadaan pesawat bekas ini menjadi bagian dari strategi RMAF untuk mempertahankan kekuatan udara nasional sambil menunggu penyelesaian program MRCA--yang bertujuan untuk memperbarui armada pesawat tempur dengan teknologi yang lebih canggih.

Meskipun proses transfer ini telah mendapat lampu hijau dari AS, keberhasilannya masih bergantung pada jadwal pengiriman pesawat F/A-18 E/F Super Hornet ke Kuwait. Koordinasi yang erat antara ketiga pihak—Malaysia, Kuwait, dan AS—akan menjadi kunci untuk memastikan kelancaran proses ini. 

(Ahmad Islamy Jamil)

SHARE