News

Bank Sentral Jepang Diperkirakan Tahan Suku Bunga, Tekanan Tarif Trump Jadi Pertimbangan

Nia Deviyana 19/09/2025 08:50 WIB

Bank of Japan (BOJ) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada Jumat (19/9/2025).

Bank Sentral Jepang Diperkirakan Tahan Suku Bunga, Tekanan Tarif Trump Jadi Pertimbangan. Foto: The Conversation.

IDXChannel - Bank of Japan (BOJ) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada Jumat (19/9/2025). Para pembuat kebijakan tengah menunggu kejelasan lebih lanjut terkait kemampuan ekonomi Jepang menghadapi tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, serta meningkatnya tanda-tanda pelemahan ekonomi AS.

Pertemuan BOJ ini berlangsung setelah keputusan Federal Reserve (The Fed) yang pada Rabu lalu memangkas suku bunga dan memberi sinyal akan ada penurunan lanjutan demi mencegah pelemahan pasar tenaga kerja.

Pelemahan ekonomi AS diperkirakan menekan pemulihan Jepang yang rapuh, sekaligus membuat rencana kenaikan suku bunga BOJ kian sulit terealisasi, apalagi ekspor mulai terdampak tarif Trump.

Pasar akan mencermati pernyataan Gubernur BOJ Kazuo Ueda untuk mendapatkan sinyal waktu dimulainya kembali kenaikan suku bunga, yang tertahan sejak Januari sambil menunggu kepastian dampak tarif.

"Kami memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga pada awal tahun depan, tetapi belum jelas apakah keputusan itu bisa diambil pada Oktober mendatang," kata Ekonom senior SuMi TRUST, Kei Fujimoto, dilansir Yahoo Finance, Jumat (19/9/2025).

Para pembuat kebijakan akan berhati-hati menilai dampak tarif terhadap prospek laba korporasi dan apakah perusahaan masih mampu terus menaikkan upah.

Dalam pertemuan dua hari yang berakhir Jumat, BOJ secara luas diperkirakan mempertahankan suku bunga di 0,5 persen.

Meski BOJ tidak diperkirakan membuat perubahan besar dalam proyeksi pemulihan moderat, Ueda kemungkinan akan mengingatkan soal ketidakpastian yang masih membayangi prospek ekonomi.

Ketidakpastian politik juga semakin membingungkan prospek kebijakan BOJ, karena partai berkuasa bersiap menghadapi pemilihan ketua pada 4 Oktober setelah Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran dirinya awal bulan ini.

Sanae Takaichi, kandidat terdepan dalam pemilihan itu sekaligus penentang vokal kenaikan suku bunga BOJ, akan menggelar konferensi pers pada Jumat untuk mengumumkan janji kampanyenya.

Ketidakpastian global menjadi alasan BOJ menunda langkah agresif. Namun, inflasi pangan yang persisten dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat membuat beberapa anggota dewan yang lebih hawkish menilai risiko suku bunga riil negatif tidak bisa diabaikan.

Data Jumat menunjukkan harga konsumen inti Jepang naik 2,7 persen pada Agustus secara tahunan, melambat tiga bulan berturut-turut tetapi tetap di atas target 2 persen bank sentral.

"Jika risiko inflasi meningkat, BOJ mungkin perlu bertindak tegas sebagai penjaga stabilitas harga," kata anggota dewan yang hawkish, Naoki Tamura, pada konferensi pers akhir Juni lalu.

BOJ tahun lalu mengakhiri program stimulus masif yang sudah berlangsung satu dekade dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,5 persen pada Januari dengan pandangan bahwa Jepang berada di ambang pencapaian target inflasi 2 persen secara berkelanjutan.

Meski Ueda menegaskan tekad bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga, dia berjanji akan berhati-hati menghadapi ketidakpastian dampak tarif AS terhadap perekonomian Jepang.

(NIA DEVIYANA)

SHARE