BNPB Catat 306 Kejadian Bencana di Awal 2025, Akibat Intensitas Hujan yang Tinggi
BNPB mencatat sebanyak 306 kejadian bencana melanda Indonesia pada periode 1 Januari hingga 2 Februari 2025.
IDXChannel - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 306 kejadian bencana melanda Indonesia pada periode 1 Januari hingga 2 Februari 2025. Hal itu menunjukkan frekuensi kejadian bencana yang cukup tinggi dalam skala nasional.
“Dari tanggal 1 Januari sampai kemarin tanggal 2 Februari 2025 ada 306 kali bencana. Artinya satu hari, rata-rata 10 kali kejadian bencana yang cukup sering,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Senin (3/2/2025).
Aam sapaan Abdul Muhari melaporkan bencana yang terjadi tersebar merata di seluruh Indonesia, dengan beberapa daerah mencatat angka kejadian cukup tinggi. Seperti di Pulau Sumatera, provinsi yang terdampak cukup signifikan antara lain Sumatera Utara dan Riau.
Sementara di Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, angka kejadian juga cukup dominan, dengan masing-masing mencatat 44 kali di Jawa Timur dan 39 kali di Jawa Tengah. Untuk wilayah Sulawesi, ada Sulawesi Tengah dan Gorontalo yang menjadi daerah dengan kejadian bencana cukup sering.
Dalam satu minggu terakhir saja, kata Aam, BNPB telah menerima laporan sebanyak 57 kejadian bencana. Angka ini tidak termasuk kejadian sebelumnya yang masih berlangsung, seperti banjir di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat yang telah terjadi selama tiga minggu dan belum surut sepenuhnya.
Dari 57 kejadian baru tersebut, bencana banjir mendominasi dengan 41 kejadian.
“Kalau kita lihat satu minggu terakhir, ini ada 57 kali kejadian bencana yang dilaporkan ke BNPB ini tidak termasuk bencana yang sudah terjadi pada Minggu sebelumnya tapi belum surut belum selesai, misalkan ada beberapa kabupaten di Kalimantan Barat yang sudah merupakan rangkaian kejadian banjir sejak 3 Minggu yang lalu tadi saya sampaikan tetapi belum surut sampai saat ini. Ini tidak kita catat sebagai kejadian baru,” kata dia.
Aam pun mengungkapkan tren bencana pada Januari hingga awal Maret cenderung tinggi. Biasanya, dalam periode ini, jumlah kejadian bencana bisa mencapai 60 hingga 90 kejadian per minggu.
Hal ini dipicu oleh peningkatan intensitas hujan serta faktor lainnya yang menyebabkan bencana hidrometeorologi basah.
“Memang tren dari kejadian bencana di Indonesia pada Januari, Februari hingga awal Maret nanti itu biasanya rata-rata kejadian bencana di negara kita itu dari 60 bahkan sampai 90 kali kejadian bencana dalam satu minggu karena peningkatan intensitas hujan dan berbagai faktor akan sangat signifikan dalam memicu terjadinya bencana hidrometeorologi basah,” kata Aam.
Aam pun melaporkan akibat bencana banjir, satu orang meninggal dunia. Cuaca ekstrem juga menyebabkan satu korban meninggal, sementara tanah longsor merenggut lima korban jiwa.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tetap waspada, terutama di wilayah-wilayah rawan bencana. “Ada beberapa korban meninggal banjir satu korban meninggal, cuaca ekstrem 1 korban meninggal dan tanah longsor ada 5 korban meninggal. Ini harus kita waspadai,” tuturnya.
Secara spasial, kata Aam, wilayah yang paling terdampak dalam sepekan terakhir meliputi Sumatera bagian tengah dan barat, Kalimantan, serta Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah, beberapa daerah seperti Demak, Jepara, Kudus, dan Grobogan mengalami banjir akibat tingginya curah hujan serta jebolnya tanggul-tanggul yang tidak mampu menahan debit air yang tinggi.
(Febrina Ratna Iskana)