News

BNPB Sebut 794 Kejadian Bencana Melanda Indonesia sejak Januari-Mei 2024

Binti Mufarida 22/05/2024 07:14 WIB

Bencana hidrometeorologi basah yakni banjir, banjir bandang, dan tanah longsor mendominasi.

BNPB Sebut 794 Kejadian Bencana Melanda Indonesia sejak Januari-Mei 2024 (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 794 kejadian bencana melanda wilayah Indonesia sejak awal tahun hingga 20 Mei 2024. 

Tercatat, bencana hidrometeorologi basah yakni banjir, banjir bandang, dan tanah longsor mendominasi.

Rekapitulasi bencana, secara umum kita sudah ada 794 kali bencana hingga 20 Mei. Kalau misalkan kita lihat kalau di Sumatera itu yang paling banyak hingga saat ini ya adalah Sumatera Barat. Sedangkan, di Sulawesi itu ada Sulawesi Selatan,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, dikutip Rabu (22/5/2024).

Aam sapaan Abdul Muhari mengatakan bahwa dua provinsi yang mengalami kejadian bencana terbanyak yakni di Sulawesi Selatan dan Sumatra Barat. Bahkan, saat ini dua provinsi ini masih dalam fase tanggap darurat akibat kejadian bencana banjir, banjir bandang, hingga tanah longsor.

“Nah dua-duanya ini provinsi di luar Jawa ini, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat ini saat ini masih dalam fase tanggap darurat ya, Sulawesi Selatan itu tanggap darurat bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa 6 Kabupaten sebenarnya tetapi paling parah di Kabupaten Luwu bahkan hingga hari ini akses jalan yang memang sudah bisa ditempuh tetapi masih terbatas sehingga masih membutuhkan asistensi dan pendampingan dari BNPB,” ujar Aam.

“Kemudian di luar Jawa satu lagi tuh paling tinggi adalah Sumatera Barat yang saat ini masih kita, Kepala BNPB masih di sini, untuk tanggap darurat bencana lahar hujan dan banjir bandang serta tanah longsor. Jadi cukup kompleks sebenarnya terjadi di 4 Kabupaten Kota di Sumatera Barat,” tambahnya.

Sementara itu, Aam pun mengatakan bahwa kejadian bencana hidrometeorologi basah masih sangat dominan. Dan di beberapa kondisi seperti yang sedang kita tangani saat ini di Sumatera Barat, ini meskipun kita berbicara lahar, hujan tetapi faktor pemicunya sebenarnya adalah kondisi cuaca, intensitas hujan tinggi yang kemudian membawa material-material vulkanik yang sebelumnya sudah tersimpan di hulu-hulu sungai Marapi.

Lebih lanjut, Aam mengatakan bahwa dalam 10 hari terakhir di bulan Mei 2024 kali ini seharusnya sudah memasuki periode akhir musim peralihan hujan ke kemarau. 

“Saya sampaikan secara umum kita masih dominan itu bencana banjir. Jadi meskipun kita saat ini sudah dimulai pada 10 hari terakhir bulan Mei ya, artinya ini seharusnya sudah di penghujung musim peralihan dari hujan ke panas tapi masih kita lihat banyak sekali kejadian-kejadian banjir yang dipicu oleh intensitas hujan tinggi," urainya.

“Kalau kita lihat distribusi per spasialnya, itu ada di Sumatera kemudian Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur. Justru yang agak jarang laporan dalam dua minggu terakhir ini, kalau saya menghitungnya sudah mungkin sudah 3 minggu terakhir ya, itu adalah Jawa, Bali, Nusa Tenggara,” pungkasnya. 

(SAN)

SHARE