Darurat Militer Dicabut, Tentara Korsel Kembali Fokus ke Korut
Militer Korea Selatan (Korsel) mematuhi pencabutan darurat militer. Pasukan negara tersebut kini kembali fokus menghadapi ancaman dari Korea Utara (Korut).
IDXChannel - Militer Korea Selatan (Korsel) mematuhi pencabutan darurat militer. Pasukan negara tersebut kini kembali fokus menghadapi ancaman dari Korea Utara (Korut).
Darurat militer hanya berlangsung selama 6 jam di Korsel. Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkannya pada Selasa malam dan mencabutnya pada Rabu pagi setelah mendapat tentangan dari parlemen dan publik.
Dilansir dari Korea JoongAnd Daily pada Rabu (4/12/2024), Kepala Staf Gabungan Laksamana Kim Myung Soo megatakan bahwa pasukannya memprioritaskan keamanan publik dan ancaman Korut setelah pencabutan darurat militer.
Kim menyampaikan pernyataan tersebut dalam rapat darurat dengan para komandan senior pada Rabu pagi. Selama rapat, dia meminta para tentara untuk menjaga kedisiplinan.
Kim dilaporkan melakukan panggilan telepon dengan Komandan Komando Pasukan Gabungan Korsel-Amerika Serikat (AS) Jenderal Paul LaCamera pagi ini. Dia menekankan bahwa militer Korsel menjaga tingkat kesiapan yang tinggi untuk melawan potensi provokasi dari Korut.
Berdasarkan konstitusi Korsel, presiden dapat mengumumkan darurat militer selama masa perang, situasi seperti perang, atau keadaan darurat nasional sejenis lainnya. Status ini memberikan presiden wewenang penggunaan kekuatan militer untuk menjaga perdamaian dan ketertiban.
Namun, parlemen dapat menolak darurat militer melalui pemungutan suara. Tak lama setelah pengumuman darurat militer oleh Yoon, parlemen berkumpul untuk melakukan pemungutan suara guna menghentikan kebijakan tersebut.
Sejumlah pengamat mengatakan Negeri Ginseng itu saat ini tidak berada dalam kondisi yang memerlukan darurat militer. Langkah mengejutkan Yoon mengingatkan kembali pada era rezim otoriter yang belum pernah terjadi di negara itu sejak 1980an.
Yoon mendeklarasikan darurat militer di tengah tekanan politik yang menderanya. Sekutunya terancam dimakzulkan parlemen, sementara istrinya terseret kasus korupsi. Tingkat popularitasnya juga terus-terusan rendah. (Wahyu Dwi Anggoro)