DOGE Pimpinan Musk Dituding Bikin Laporan Fiktif soal Efisiensi Anggaran AS Rp896 Triliun
Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), yang dipimpin Elon Musk, dituding melebih-lebihkan penghematan anggaran negara sebesar USD55 miliar.
IDXChannel – Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), yang dipimpin Elon Musk, dituding melebih-lebihkan penghematan anggaran negara sebesar ratusan triliun rupiah. Hal itu diungkapkan The Washington Post (WP) dalam laporannya, Sabtu (22/2/2025).
Sebelumnya, DOGE mengklaim telah melakukan pengurangan biaya yang dikeluarkan negara sebesar USD55 miliar atau setara Rp896,77 triliun. Kebijakan itu diambil lewat pembatalan kontrak, PHK, dan negosiasi ulang sewa. Akan tetapi, menurut WP, beberapa dari langkah penghematan tersebut ternyata fiktif.
Menurut analisis media AS itu atas dokumen yang dirilis DOGE, dari 1.125 kontrak yang dinyatakan departemen itu telah dibatalkan, sebanyak 417 telah diselesaikan dan dilunasi. Sementara sebanyak 51 kontrak lainnya hanya menghasilkan penghematan kurang dari USD1 juta.
Selain itu, setelah dokumen tersebut dipublikasikan di situs web DOGE, jumlah perkiraan penghematan disesuaikan turun sebesar USD9,3 miliar. WP juga mengutip para ahli yang menyrbut DOGE memasukkan jumlah pembayaran kontrak maksimum dalam perhitungannya, meski pada kenyataannya pemerintah sering kali mengeluarkan biaya jauh lebih sedikit daripada batas tersebut.
Menanggapi laporan itu, Gedung Putih mengatakan, metode penghitungan seperti itu dapat dibenarkan karena pemerintah secara teoretis memang dapat bertanggung jawab atas kontrak-kontrak dalam jumlah penuh.
"Dalam banyak kasus, kontrak semacam itu mencapai jumlah maksimumnya, dan karena pemerintah dapat bertanggung jawab atas total keseluruhan, maka sudah sepantasnya menghitung hingga batas tersebut," kata seorang pejabat AS kepada WP.
Pada Kamis (20/2/2025), Presiden AS Donald Trump mengatakan DOGE telah menemukan pemborosan anggaran negara yang nilainya mencapai ratusan juta dolar AS. Menurut dia, pengeluran pemerintah itu kebanyakan dialokasikan untuk hal-hal yang sulit untuk dipahami banyak orang.
(Ahmad Islamy Jamil)