News

Gelombang Panas Terjang Kawasan Asia, Terburuk Sepanjang Sejarah

Anjasman Situmorang 25/04/2023 13:59 WIB

Gelombang suhu panas ekstrem tengah melanda wilayah Asia.

Gelombang Panas Terjang Kawasan Asia, Terburuk Sepanjang Sejarah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Gelombang suhu panas ekstrem tengah melanda wilayah Asia. Tercatat, setidaknya ada 12 negara merasakan suhu tinggi dalam beberapa pekan terakhir, termasuk India dan China. Kabar terbaru datang dari India yang melaporkan 13 orang tewas karena sengatan panas di Navi Mumbai pada upacara penghormatan tokoh masyarakat.

Laporan The Washington Post juga menyebut bahwa ratusan stasiun cuaca di China telah mencatat rekor baru suhu terpanas di bulan April. Suhu di India diketahui naik menjadi lebih dari 40 derajat Celcius bulan ini.

Seorang Ahli Klimatologi dan Cuaca, Maximiliano Herrera menyebut gelombang panas pada April tahun ini sebagai monster dan paling buruk dalam sejarah Asia. Tidak hanya di India, panas ekstrem juga sampai ke China yang terus meluas hingga ke kawasan Asia Tenggara.

Thailand misalnya, juga sempat mencetak rekor suhu panas nasional dengan angka 45,4 derajat Celcius di Provinsi Tak. Herrera juga mengatakan bahwa Laos juga mungkin mencapai suhu tertinggi dalam sejarah negaranya, demikian sebagaimana dilansir dari The Verge, Selasa (25/4/2023).

Suhu panas ekstrem ini semakin parah karena panjangnya dan menyebar ke seluruh bagian benua. Masih ada kemungkinan rekor baru yang tercipta berkaitan dengan gelombang panas ini. Untuk wilayah Asia Selatan dan Tenggara periode ini biasanya berlangsung mulai April hingga Mei mendatang.

Sebenarnya gelombang panas ekstrem di Asia sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu negara besar di Asia Selatan seperti India dan Pakistan terkena dampak gelombang panas yang luar biasa karena perubahan iklim. Kemudian di China juga merasakan hal yang sama selama lebih dari 70 hari.

Parahnya lagi, suhu panas ekstrem itu membentang sejauh 1.372.694 kilometer persegi. Hal ini berdampak besar pada sejumlah industri di China pada saat itu.

(SLF)

SHARE