News

India Pangkas Pajak Konsumsi, Dorong Permintaan Pascatarif Trump

Kunthi Fahmar Sandy 05/09/2025 04:04 WIB

India mengumumkan telah memotongan pajak atas ratusan barang konsumsi, mulai dari sabun hingga mobil kecil.

India Pangkas Pajak Konsumsi, Dorong Permintaan Pascatarif Trump (FOTO:Dok Laman Al Jazeera)

IDXChannel - India mengumumkan telah memotongan pajak atas ratusan barang konsumsi, mulai dari sabun hingga mobil kecil. Hal ini bertujuan untuk memacu permintaan domestik di tengah tantangan ekonomi akibat tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dilansir dari laman Al Jazeera Kamis (4/9/2025), langkah-langkah ini diambil setelah tarif 50 persen AS mulai berlaku bulan lalu, yang meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.

Para analis juga mengatakan pemotongan pajak barang dan jasa bertujuan untuk mendorong permintaan pasca tarif 50 persen untuk barang-barang India.

Pajak Barang dan Jasa (GST) telah dirombak untuk menyederhanakan sistem empat tingkat yang kompleks di India menjadi dua tingkat dan memangkas pungutan di berbagai sektor, dalam beberapa kasus hingga lebih dari setengahnya, demikian diumumkan Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman.

Sitharaman mengatakan sebuah panel, yang mengkaji reformasi GST, menyetujui pemotongan tarif barang-barang konsumen seperti pasta gigi dan sampo menjadi 5 persen dari 18 persen, dan tarif mobil kecil, AC, dan televisi menjadi 18 persen dari 28 persen.

Panel yang diketuai oleh Sitharaman ini menyetujui struktur dua tarif, yaitu 5 persen dan 18 persen, alih-alih empat tarif yang berlaku saat ini.

Rezim pajak baru ini menjadikan premi asuransi, termasuk asuransi jiwa dan kesehatan, bebas pajak.

Menteri Keuangan menegaskan bahwa pemotongan GST tidak terkait dengan gejolak tarif, dan mengatakan bahwa pemotongan tersebut merupakan bagian dari reformasi yang telah direncanakan sejak lama.

Pemerintah federal dan negara bagian diperkirakan kehilangan 480 miliar rupee India (USD5,49 miliar) karena pemotongan yang akan diterapkan mulai 22 September, hari pertama festival Hindu Navratri.

Ditambah dengan pemotongan pajak pribadi yang diumumkan pada bulan Februari, pengurangan GST diperkirakan akan mendorong konsumsi di negara Asia Selatan tersebut, yang ekonominya tumbuh dengan laju yang tak terduga lebih tinggi, yaitu 7,8 persen pada kuartal yang berakhir pada bulan Juni.

“Peningkatan konsumsi sebagai pengganti rasionalisasi tarif GST akan lebih dari sekadar menetralkan potensi dampak terhadap pendapatan,” kata Soumya Kanti Ghosh, kepala ekonom di SBI.

“Dampaknya terhadap defisit fiskal akan hampir tidak signifikan atau bahkan positif," tuturnya. Panel menyetujui pajak sebesar 40 persen untuk barang-barang super mewah seperti rokok, mobil dengan kapasitas mesin di atas 1.500 sentimeter kubik (91,5 inci kubik), dan minuman berkarbonasi, ujar menteri tersebut.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan perusahaan barang konsumsi cepat saji seperti Hindustan Unilever dan Godrej Industries, serta perusahaan elektronik konsumen seperti Samsung Electronics, LG Electronics, dan Sony.

Produsen mobil seperti Maruti, Toyota Motor, dan Suzuki Motor diperkirakan akan menjadi pemenang besar. Dorongan untuk memangkas pajak ini dipicu oleh seruan Perdana Menteri Narendra Modi agar India lebih mandiri, yang bulan lalu berjanji untuk menurunkan GST pada bulan Oktober guna mengimbangi tarif AS hingga 50 persen.

Setelah pemotongan pajak diumumkan pada hari Rabu, Modi mengatakan, reformasi yang luas akan meningkatkan kehidupan warga negara kita dan memastikan kemudahan berbisnis bagi semua, terutama pedagang dan bisnis kecil.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE