News

Indonesia Bantu Petani Afghanistan yang Berhenti Tanam Opium

Wahyu Dwi Anggoro 02/07/2024 13:10 WIB

Indonesia berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada petani Afghanistan pasca larangan penanaman opium di negara tersebut.

Indonesia Bantu Petani Afghanistan yang Berhenti Tanam Opium. (Foto: Kemlu)

IDXChannel - Indonesia berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada petani Afghanistan pasca larangan penanaman opium di negara tersebut.

Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, pelarangan tersebut pada dasarnya baik, namun harus juga dipikirkan penanganan dampaknya terhadap masyarakat Afghanistan.

"Indonesia berkomitmen untuk menyiapkan alternative livelihood untuk 2000 households di Distrik Chaparhar di Provinsi Nangarhar, melalui dukungan untuk agronomic practices yang berdampak bagi lebih dari 14.000 rakyat Afghanistan," kata Retno dalam press briefing seusai menghadiri The 3rd Meeting of Special Envoys on Afghanistan di Qatar pada Senin (1/7/2024).

"Indonesia juga mendorong negara-negara yang memiliki kesamaan karakter tanah dan cuaca, untuk dapat membantu rakyat Afghanistan dalam identifikasi tanaman yang cocok untuk dikembangkan," kata Retno.

Pertemuan tersebut mengapresiasi larangan menanam opium di Afghanistan. Kebijakan ini telah menurunkan 95 persen produksi opium di Afghanistan. 

"Kita tahu bahwa tantangan dari kebijakan ini adalah bagaimana menyiapkan mata pencarian alternatif bagi para petani yang sebelumnya menanam opium. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus dipersiapkan sehingga para petani tidak kembali menanam opium atau melakukan kegiatan illicit drugs trafficking," kata Retno.

Pertemuan Doha III dihadiri oleh otoritas de fakto di Afghanistan yaitu Taliban dan wakil dari 25 negara, antara lain Amerika Serikat (AS), Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, India, China, Jerman, Tajikistan, Uzbekistan, Kanada, Norwegia, Rusia, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, serta juga dihadiri oleh sejumlah organisasi internasional, antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Uni Eropa. (WHY)

SHARE