News

Inflasi Grosir Jepang Naik 4 Persen di April 2025, BoJ Diprediksi Bakal Naikkan Suku Bunga

Ibnu Hariyanto 14/05/2025 10:29 WIB

Bank Sentral Jepang (BoJ) menyebut inflasi grosir di Jepang naik sebesar 4 persen pada April 2025.

Bank Sentral Jepang (BoJ) menyebut inflasi grosir di Jepang naik sebesar 4 persen pada April 2025. (foto: iNews Media Grup)

IDXChannel- Bank Sentral Jepang (BoJ) menyebut inflasi grosir di Jepang naik sebesar 4 persen pada April 2025. Kenaikan ini terjadi karena banyak perusahaan masih meneruskan beban biaya bahan baku dan tenaga kerja kepada konsumen

Dilansir Channel News Asia, data itu dirilis BoJ pada Rabu (14/5/2025). Kondisi ini semakin memperkuat ekspektasi BoJ akan menaikkan suku bunga lagi dalam waktu dekat.

Kebijakan tarif besar-besaran dari Amerika Serikat yang diumumkan awal April lalu ternyata belum terlalu memengaruhi harga. Salah satu alasannya adalah karena AS memberi masa tenggang selama 90 hari. Situasi itu membuat banyak perusahaan di Jepang belum langsung menaikkan harga.

Indeks Harga Barang Korporasi (Corporate Goods Price Index/CGPI), yang mengukur harga barang dan jasa antarperusahaan, naik 4 persen dibandingkan tahun lalu. Kenaikan ini sesuai dengan perkiraan pasar dan sedikit melambat dibandingkan kenaikan 4,3 persen pada Maret.

Indeks CGPI tercatat berada di angka 126,3. Angka ini menjadi rekor tertinggi selama delapan bulan berturut-turut. 

Hal itu menunjukkan tekanan inflasi belum juga mereda. Bahkan ada kemungkinan akan terus mendorong kenaikan harga konsumen di masa mendatang.

Sementara itu, harga impor berbasis yen turun 7,2 persen pada April dibandingkan tahun lalu. Angka ini menunjukkan penguatan nilai tukar yen membantu menekan biaya impor, terutama bahan bakar dan barang komoditas lainnya.

Meski begitu, perusahaan tetap menaikkan harga pada awal tahun fiskal Jepang, yang dimulai pada April. Harga makanan dan minuman naik 3,6 persen dari tahun lalu, lebih tinggi dari kenaikan 3,4 persen pada Maret. Kenaikan terbesar terjadi pada produk pertanian, yang melonjak hingga 42,2 persen.

"Kerusakan pada ekonomi global dan perdagangan dari tarif AS mungkin lebih kecil dari yang diperkirakan pada 2 April. Tetapi tarif untuk mobil, suku cadang mobil, baja dan aluminium tetap ada, sehingga dampaknya terhadap produsen dan ekonomi tidak dapat diabaikan," kata Kepala Ekonom di Norinchukin Research Institute, Takeshi Minami. 

"Yen, di sisi lain, melanjutkan tren penurunannya. Sementara inflasi grosir terlihat melambat menjelang akhir tahun, ada kemungkinan BoJ dapat menaikkan suku bunga lagi sekitar bulan September atau Oktober," ujarnya.

BoJ sebelumnya telah menaikkan suku bunga ke 0,5 persen pada Januari dan kemungkinan akan mengambil langkah lanjutan tahun ini.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE