Iran Dilanda Demo Besar, Dipicu Krisis Mata Uang
Para pengusaha di Teheran menggelar aksi protes, setelah mata uang Iran jatuh ke titik terendah baru di pasar tidak resmi.
IDXChannel - Para pengusaha di Teheran menggelar aksi protes, setelah mata uang Iran jatuh ke titik terendah baru di pasar tidak resmi.
Dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan sekitar 1,42 juta rial pada Minggu, melemah tajam dari 820.000 rial tahun lalu.
"Saya telah meminta menteri dalam negeri untuk mendengarkan tuntutan sah para demonstran dengan melakukan dialog dengan perwakilan mereka sehingga pemerintah dapat melakukan segala daya upaya untuk menyelesaikan masalah dan bertindak secara bertanggung jawab," kata Presiden Masoud Pezeshkian, menurut kantor berita IRNA, dilansir dari AFP pada Selasa (30/12/2025).
Para demonstran menuntut intervensi pemerintah untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar dan menetapkan strategi ekonomi yang jelas.
Fluktuasi harga melumpuhkan penjualan beberapa barang impor, dengan penjual dan pembeli lebih memilih untuk menunda transaksi hingga kondisi menjadi lebih baik.
"Melanjutkan bisnis dalam kondisi ini menjadi tidak mungkin," kata para pengunjuk rasa seperti dikutip kantor berita ILNA.
Kantor berita Fars yang berhaluan konservatif merilis gambar yang menunjukkan kerumunan demonstran menduduki jalan utama di pusat Teheran, yang dikenal dengan banyaknya toko.
Foto lain tampaknya menunjukkan gas air mata digunakan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
"Bentrokan fisik kecil dilaporkan antara beberapa pengunjuk rasa dan pasukan keamanan," kata Fars, sembari memperingatkan bahwa peristiwa semacam itu dapat menyebabkan ketidakstabilan.
Ketua Mahkamah Agung Iran Gholamhossein Mohseni Ejei menyerukan hukuman tegas bagi mereka yang bertanggung jawab atas fluktuasi mata uang.
Pemerintah juga telah mengumumkan penggantian gubernur bank sentral.
"Berdasarkan keputusan presiden, Abdolnasser Hemmati akan diangkat menjadi gubernur bank sentral," kata Pejabat Komunikasi Kepresidenan Mehdi Tabatabaei di X.
Ekonomi negara itu, yang sudah terpuruk akibat sanksi Barat selama beberapa dekade, semakin tertekan setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir September memberlakukan kembali sanksi internasional terkait program nuklir negara itu.
Negara-negara Barat dan Israel menuduh Iran berupaya memiliki senjata nuklir, tuduhan yang dibantah Teheran. (Wahyu Dwi Anggoro)